Selasa, 12 April 2011

Tren Mobile Newspaper Masuk Indonesia

Transformasi media cetak, khususnya surat kabar, ke arah digital diproyeksi akan mulai terasa pada semester kedua tahun ini. Mobile newspaper menjadi salah satu solusi berbasis efisiensi biaya untuk surat kabar, baik di sisi produsen maupun konsumen.

Berbeda dengan e-paper yang diakses melalui laman Internet berbasis Web, mobile newspaper merupakan kombinasi antara komunikasi mobile dengan surat kabar tradisional yang menyuguhkan informasi atau berita bagi para pengguna ponsel dengan memanfaatkan layanan MMS (Multimedia Message Service).

Menyambut tren tersebut, PT XL Axiata Tbk (XL), bekerja sama dengan Huawei, kemudian menjadi pionir MMS berita bagi pelanggan telekomunikasi seluler di Tanah Air. Namun, hingga 7 Juni 2010, XL baru menyediakan berita seputar olahraga sepakbola. Setelah itu, operator dengan pelanggan 32,6 juta itu akan menyuguhkan berita-berita umum MMS berita.

"Di Indonesia, tren ini akan mulai berkembang tahun ini dan akan meluas penggunanya. Sebagai perbandingan, MMS berita sudah berkembang di China sekarang," ujar Budi Harjono, head of marketing mobile data services XL dalam keterangannya, Jakarta, Kamis 3 Juni 2010.

Dengan layanan nilai tambah ini, pelanggan bisa mengakses berita-berita penting yang terbit di media massa dengan cara mendapatkan berita melalui format MMS, tanpa harus membuka laman browser Web. Tiap MMS yang diterima akan berisi gambar dan tulisan dalam 10-12 frame dengan kapasitas tidak lebih dari 50 kb.

"Pengaruh terhadap surat kabar tradisional pasti ada. Tapi, saya yakin beberapa tahun ke depan masyarakat masih membutuhkan surat kabar secara fisik," ujar Budi.

Sejak layanan MMS berita bola diluncurkan XL pada 1 Mei 2010 silam, hingga sat ini, perseroan mengklaim telah mencatat sektiar 40 ribu pelanggan yang terdaftar untuk layanan MMS berita tersebut.

Terkait trafik, MMS XL mencapai sekitar 500 ribu per hari. "Pelanggan yang aktif menggunakan MMS kurang lebih 2,5 juta nomor dari total pelanggan 32,6 juta," ucap Budi.

Untuk berlangganan layanan ini, pelanggan cukup mengakses *123*566#. Selama 14 hari pertama, pelanggan diperbolehkan menikmati masa percobaan secara cuma-cuma. Setelah masa percobaan, pelanggan akan dikenakan tarif sebesar Rp 3.300 per minggu. Untuk berhenti berlangganan, pelanggan cukup mengetik UNREG BOLA ke 5432. (art)•

Sumber : VIVAnews

Sejarah surat kabar


SURAT KABAR
Ide surat kabar sendiri sudah setua zaman Romawi kuno dimana setiap harinya, kejadian sehari-hari diterbitkan dalam bentuk gulungan yang disebut dengan “Acra Diurna”, yang terjemahan bebasnya adalah “Kegiatan hari”. Kemudian Setelah Gutenberg menemukan mesin cetak di abad ke-15, maka buku-buku pun mulai diterbitkan di Perancis dan Inggris, begitu pula halnya dengan surat kabar.

Surat kabar pertama kali dibuat di Amerika Serikat, dengan nama “Public Occurrenses Both Foreign and Domestick” di tahun 1690. Surat kabar tersebut diusahakan oleh Benjamin Harris, seorang berkebangsaan Inggris. Akan tetapi baru saja terbit sekali, sudah dibredel. Bukan karena beritanya menentang pemerintah, tetapi cuma gara-gara dia tidak mempunyai izin terbit. Pihak kerajaan Inggris membuat peraturan bahwa usaha penerbitan harus mempunyai izin terbit, di mana hal ini didukung oleh pemerintah kolonial dan para pejabat agama. Mereka takut mesin-mesin cetak tersebut akan menyebarkan berita-berita yang dapat menggeser kekuasaan mereka kecuali bila usaha itu dikontrol ketat.

Kemudian surat kabar mulai bermunculan setelah negara Amerika Serikat berdiri. Saat itu, surat kabar itupun tidak sama seperti surat kabar yang kita miliki sekarang. Saat itu surat kabar dikelola dalam abad kegelapan dalam jurnalisme. Sebab surat kabar telah jatuh ke tangan partai politik yang saling bertentangan. Tidak ada usaha sedikitpun untuk membuat berita secara objektif., kecuali untuk menjatuhkan terhadap satu sama lainnya. Washington dan Jefferson dituduh sebagai penjahat terbesar oleh koran-koran dari lawan partainya.

Apapun situasinya, rakyat hanya menginginkan Amandemen dalam konstitusi yang akan menjamin hak koran-koran ini untuk mengungkapkan kebohongan yang terburuk sekalipun tanpa takut dibrendel oleh pemerintah. Presiden John Adams membredel koran ”The New Republik”. Akibatnya partai Federal pecah dan sebaliknya menguatkan posisi Jefferson. Aksi bredel-membredel ini sampai membuat keheranan seorang menteri bangsa Prusia yang berkunjung ke Kantor Jefferson. Secara kebetulan, ia membaca koran dari partai Federalis yang isinya meyerang Jefferson habis-habisan. Kritik-kritik keras tidak hanya menyerang Washington, Jefferson, John Adams ataupun James Medison. Dan selama koran tetap dikuasai oleh para anggota partai politik saja, maka tidak banyak yang bisa diharapkan.

Kemudian kecerahan tampaknya mulai menjelang dunia persurat kabaran. James Gordon Bennet, seorang berkebangsaanSkotlandia melakukanrevolusinisasi terhadap bisnis surat kabar pada1835. Setelah bekerja di beberapa surat kabar dari Boston sampai Savannah akhirnya dia pun mendirikan surat kabar sendiri. Namanya ”New York Herald” dengan modal pinjaman sebesar 500 dollar. Percetakannya dikerjakan di ruang bawah tanah di Wall Street dengan mesin cetak yang sudah tuam dan semua pekerjaan reportase dilakukannya sendiri.

”The Herald” dan Bennet memperlihatkan kepada Amerika dan dunia tentang bagaimana cara mendapatkan berita. Tidak lama kemudian Bennet pun berhasil meraih kesuksesan dan membangun kantor beritanya sama seperti kantor-kantor perusahaan surat kabar yang banyak kita jumpai sekarang. Dia juga sudah menempatkan koresponden-korespondennya di luar negeri di mana beritanya dikirim dengan usaha paket milik Bennet sendiri, dari pelabuhan New York ke kantornya di kota. Dia juga yang pertama-tama mendirikan biro di Washington, dan memanfaatkan jasa telegraf yang baru saja ditemukan.

Sejak itulah berita sudah mulai dipilah-pilahkan menurut tingkat kepentingannya, tapi tidak berdasarkan kepentingan politik. Bennet menempatkan politik di halaman editorial. Isi korannya yang meliputi soal bisnis, pengadilan, dan kehidupan sosial masyarakat New York memang tidak bisa dijamin keobyektifatnya, tetapi setidaknya sudah jauh berubah lebih baik dibandingkan koran-koran sebelumnya.

Enam tahun setelah ”Herald” beredar, saingannya mulai muncul. Horace Greelymeng mengeluarkan koran “The New York Tribune”. Tribune pun dibaca di seluruh Amerika. Pembacanya yang dominan adalah petani, yang tidak peduli apakah mereka baru sempat membaca korannya setelah berminggu- minggu kemudian. Bagi orang awam, koran ini dianggap membawa perbaikan bagi negara yang saat itu kurang terkontrol dan penuh bisnis yang tidak teratur.

Koran besar yang ketiga pun muncul di New York di tahun 1851, ketika Henry J. Raymond mendirikan koran dengan nama “The New York Times”, atas bantuan mitra usahanya, George Jones. Raymond-lah yang mempunyai gagasan untuk menerbitkan koran yang non partisan kepada pemerintah maupun perusahaan bisnis. Beruntung, saat itu Presiden Lincoln tidak pernah melakukan pembredelan terhadap koran-koran yang menyerangnya.

Setelah serentetan perang saudara di Amerika usai, bisnis persuratkabaran pun berkembang luar biasa. Koran-koran pun mulai muncul di bagian negara-negara selain New York dan Chicago. Di selatan, Henry W. Grady dengan koran “Konstitusi Atlanta”. Lalu, muncul koran “Daily News” dan “Kansas City Star” yang mempunyai konsep pelayanan masyarakat sebagai fungsi dari sebuah sebuah surat koran. Bahkan pemilik Star, Rockhill Nelson bersumpah untuk mengangkat kota Kansas dari “kubangan lumpur” dan berhasil. Di barat, Jurnalisme Flamboyan diwakili oleh “Denver Post” dan koran-koran San Fransisco.

Di New York, surat kabar dianggap sebuah bisnis yang bakal menjanjikan. Charles Dana membeli surat kabar ”Sun” dan menyempurnakannya. Editornya, John Bogart punya cerita sendiri tentang berita. Menurutnya ”kalau anjing menggigit manusia, itu bukan berita. Tapi kalau manusia menggigit anjing, itu baru namanya berita”.

James Gordon Bennet Junior (anak Bennet) dan Joseph Pulitzer merupakan rival-rival utama Dana. Bennet Jr. Memperlihatkan cara membuat berita yang baik. Prestasinya yang paling terkenal adalah ketika dia mengirimkan Henry Stanley, seorang wartawan London, untuk mencari David Livingstone, seorang misionaris yang hilang di hutan.

SedangkanPulit zer mempunyai koran yang bernama ”New York World” dan terkenal sejak jaman perang saudara sampai akhir abad itu. Pulitzer melakukan taktik yang lebih baik dibanding para pendahulunya. Editorialnya yang bersifat perjuangan ke arah perbaikan dan liberal, liputan beritanya yang serba menarik, dan taktik diversifikasinya mengundang decak kagum seperti yang pernah dilakukan oleh Herald. Pulitzer adalah yang pertama kali menerbitkan koran mingguan, di mana isinya ditulis oleh para penulis terbaik yang pernah ada.

Pada tahun1892 supremasi Pulitzer ditantang oleh William Randolp Hearst lewat koran ”World”. Dalam hal inovasi dan keberanian, ”World”-nya Hearst lebih dari ”World”-nya Pulitzer. Bukan itu saja, koran Hearst isi beritanya jauh lebih flamboyan daripada koran Pulitzer. Hearst banyak mempekerjakan orang-orang terbaiknya Pulitzer. Dia mempekerjakan Richard Outcault, kartunis, Pulitzer dan mendorongnya untuk menciptakan sebuah featuer bernama ”The Yellow Kid”, yang menandai lahirnya cergam komik di Amerika.

Pada masa perang antara Amerika dan Spanyol, kedua koran ini berteriak paling keras mendukung Amerika Serikat untuk terjun perang, memimpin suara rakyat dengan padan suara jurnalisme dalam skala nasional, dan memojokkan ke dalam konflik yang tidak terhindarkan. Selanjutnya di perang Amerika-Kuba, keduanya mengalihkan kompetisinya dalam usaha meliput perang. Setelah Pulitzer meninggal, ”New York World” malah menjadi yang terbesar di dunia. Orang menyebutPul itzer sebagai ”wartawannya surat kabar”. Sebaliknya, Hearst bersama koran-koran lainnya terpukul keras ketika depresi besar terjadi. Tetapi usaha majalahnya yang paling terkemuka, yakni ”Good Housekeeping” dan ”cosmopolitan” tetap terus berkembang pesat. Dalam perkembangannya, surat kabar berangkat sebagai alat propaganda politik, lalu menjadi perusahaan perorangan yang disertai keterkenalan dan kebesaran nama penerbitnya, dan sekarang menjadi bisnis yang tidak segemerlap dulu lagi, bahkan dengan nama penerbit yang semakin tidak dikenal.

Perubahan ini memberikan dampak baru. Ketikaiklan mulai menggantikan sirkulasi (penjualan langsung) sebagai sumber dana utama bagi sebuah surat kabar, maka minat para penerbit jadi lebih identik dengan minat para masyarakat bisnis. Ambisi persaingan untuk mendapatkan berita paling bagus tidaklah sebesar ketika peloporan. Walaupun begitu, perang sirkulasi masih terjadi pada tahun 1920-an, tetapi tujuan jangka panjang mereka adalah untuk mencapai perkembngan penghasilan dari sektor iklan. Sebagai badan usaha, yang semakin banyak ditangani oleh para pengusaha, maka surat kabar semakin kehilangan pamornya seperti yang dimilikinya pada abad ke-19.

Namun, surat kabar kini mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih penting. Surat kabar yang mapan kini tidak lagi diperalat sebagai senjata perang politik yang saling menjatuhkan ataupun bisnis yang individualis, melainkan menjadi media berita yang semakin obyektif, yang lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pihak-pihak tertentu saja.

Kenaikan koran-koran ukuran tabloid di tahun1920-an yang dimulai oleh ”The New York Daily News”, memberikan suatu dimensi baru terhadap jurnalisme. Akhirnya memang menjadi kegembiraan besar bagi kehidupan surat kabar, terutama dalam meliput berita-berita keras. Perubahan lain yang layak mendapat perhatian adalah timbulnya sindikasi. Berkat adanya sindikat-sindikat10, maka koran- koran kecil bisa memanjakan pembacanya dengan materi editorial, informasi, dan hiburan. Sebab kalau tidak, koran-koran kecil itu tentu tidak dapat mengusahakan materi-materi tersebut, lantaran biaya untuk itu tidaklah sedikit.

Tahun1950, industri televisi mulai mengancam dominasi media cetak. Namun, sampai sekarang, koran masih bertahan. Kenyataan menunjukkan bahwa koran telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada umumnya. Dengan karakter khususnya ia mampu membedakan dirinya dari media lainnya seperti televisi dan radio.

Sejarah Surat kabar di indonesia
Pada dasarnya, sejarah surat kabar di Indonesia terbagi dalam dua babak yakni babak pertama yang biasa disebut babak putih dan babak kedua antara tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional. Kedua babak inilah yang amat berperan dalam perkembangan surat kabar di Indonesia. Babak pertama adalah babak putih, yaitu saat Indonesia masih dalam keadaan terjajah oleh kolonialisme Belanda. Disebut babak putih karena surat kabar pada waktu itu mutlak milik orang-orang Eropa, berbahasa Belanda dan diperuntukkan bagi pembaca berbahasa Belanda. Kontennya hanya seputar kehidupan orang-orang Eropa dan tidak mempunyai kaitan kehidupan pribumi. Babak ini berlangsung antara tahun 1744-1854. Babak kedua yang berlangsung antara tahun 1854 hingga Kebangkitan Nasional secara kasar dapat dibagi dalam tiga periode, yakni:

Antara Tahun 1854-1860
Dalam periode ini surat kabar dengan bahasa Belanda masih memegang peranan pening dalam dunia pers Indonesia, namun surat kabar dengan bahasa Melayu telah terbit bernama Slompret Melajoe.

Antara tahun 1860-1880
Surat kabar dengan bahasa pra-Indonesia dan Melayu mulai banyak bermunculan tetapi yang menjadi pemimpin surat kabar-surat kabar ini semuanya adalah orang-orang dari peranakan Eropa.

Antara tahun 1881 sampai Kebangkitan Nasional

Periode ini mempunyai ciri tersendiri karena para pekerja pers terutama para redakturnya tidak lagi dari peranakan Eropa tetapi mulai banyak peranakan Tionghoa dan Indonesia atau biasa disebut dengan pribumi.

Lima Periode Surat Kabar Indonesia

Surat kabar di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang yang secara singkat terbagi dalam enam periode, yakni zaman Belanda, zaman Jepang, zaman kemerdekaan, zaman Orde Lama, zaman Orde Baru dan zaman reformasi. Berikut uraian singkat keenam periode bersejarah tersebut:

Zaman Belanda

Pada tahun 1744 dilakukanlah percobaan pertama untuk menerbitkan media massa dengan diterbitkannya surat kabar pertama pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Imhoff dengan nama Bataviasche Nouvelles, tetapi surat kabar ini hanya mempunyai masa hidup selama dua tahun. Kemudian pada tahun 1828 diterbitkanlah Javasche Courant di Jakarta yang memuat berita-berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa. Mesin cetak pertama di Indonesia juga datang melalui Batavia (Jakarta) melalui seorang Nederland bernama W. Bruining dari Rotterdam yang kemudian menerbitkan surat kabar bernama Het Bataviasche Advertantie Blad yang memuat iklan-iklan dan berita-berita umum yang dikutip dari penerbitan resmi di Nederland (Staatscourant).

Di Surabaya sendiri pada periode ini telah terbit Soerabajasch Advertantiebland yang kemudian berganti menjadi Soerabajasch Niews en Advertantiebland. Sedang di Semarang terbit Semarangsche Advertetiebland dan De Semarangsche Courant. Secara umum serat kabar-surat kabar yang muncul saat itu tidak mempunyai arti secara politis karena cenderung pada iklan dari segi konten. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar tiap harinya. Setiap surat kabar yang beredar harulah melalui penyaringan oleh pihak pemerintahan Gubernur Jenderal di Bogor. Tidak hanya itu, surat kabar Belandapun terbit di daerah Sumatera dan Sulawesi. Di Padang terbit Soematra Courant, Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe. Di Makasar (Ujung Pandang) terbit Celebes Courant dan Makassarsch Handelsbland.

Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda telah terbit sekitar 16 surat kabar dalam bahasa Belanda dan 12 surat kabar dalam bahasa Melayu seperti, Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar (terbit di Bogor), Selompret Melayu dan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan surat kabar berbahasa Jawa, Bromatani yang terbit di Solo.

Zaman Jepang

Saat wajah penjajah berganti dan Jepang memasuki Indonesia, surat kabar-surat kabar yang beredar di Indonesia diambil alih secara pelan-pelan. Beberapa surat kabar disatukan dengan alasan penghematan namun yang sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang memperketat pengawasan terhadat isi surat kabar. Kantor Berita Antara diambil alih dan diubah menjadi kantor berita Yashima dengan berpusat di Domei, Jepang. Konten surat kabar dimanfaatkan sebagai alat propaganda untuk memuji-muji pemerintahan Jepang. Wartawan Indonesia saat itu bekerja sebagai pegawai sedang yang mempunyai kedudukan tinggi adalah orang-orang yang sengaja didatangkan dari Jepang.

Zaman Kemerdekaan

Ketika pemerintah Jepang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda pencitraan pemerintah, Indonesiapun melakukan hal yang sama untuk melakukan perlawanan dalam hal sabotase komunikasi. Edi Soeradi melakukan propaganda agar rakyat berdatangan pada Rapat Raksasa Ikada pada tanggal 19 September 1945 untuk mendengarkan pidato Bung Karno. Dalam perjalanannya, Berita Indonesia (BI) berulang kali mengalami pembredelan dimana selama pembredelan tersebut para pegawai kemudian ditampung oleh surat kabar Merdeka yang didirikan oleh B.M. Diah. Surat kabar perjuangan lainnya adalah Harian Rakyat dengan pemimpin redaksi Samsudin Sutan Makmr dan Rinto Alwi dimana surat kabar tersebut menampilkan “pojok” dan “Bang Golok” sebagai artikel. Surat kabar lainnya yan terbit pada masa ini adalah Soeara Indonesia, Pedoman Harian yang berubah menjadi Soeara Merdeka (Bandung), Kedaulatan Rakyat (Bukittinggi), Demokrasi (Padang) dan Oetoesan Soematra (Padang).

Zaman Orde Lama

Setelah dikeluarkannya dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959 oleh presiden Soekarno, terdapat larangan terhadap kegiatan politik termasuk pers. Persyaratan untuk mendapat Surat Izin Terbit dan Surat Izin Cetak diperketat yang kemudian situasi ini dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia untuk melakukan slowdown atau mogok secara halus oleh para buruh dan pegawai surat kabar. Karyawan pada bagian setting melambatkan pekerjaannya yang membuat banyak kolom surat kabar tidak terisi menjelang batas waktu cetak (deadline). Pada akhirnya kolom tersebut diisi iklan gratis. Hal ini menimpa surat kabar Soerabaja Post dan Harian Pedoman di Jakarta. Pada periode ini banyak terjadi kasus antara surat kabar pro PKI dan anti PKI.

Zaman Orde Baru

Pada periode ini, surat kabar yang dipaksa untuk berafiliasi kembali mendapatkan pribadi awalnya, seperti Kedaulatan Rakyat yang pada zaman orde lama harus berganti menjadi Dwikora. Hal ini juga terjadi pada Pikiran Rakyat di Bandung. Bahkan pers kampuspun mulai aktif kembali. Namun dibalik itu semua, pengawasan dan pengekangan pada pers terutama dalam hal konten tetap diberlakukan. Pemberitaan yang dianggap merugikan pemerintah harus dibredel dan dihukum dengan dilakukan pencabutan SIUP seperti yang terjadi pada Sinar Harapan, tabloid Monitor dan Detik serta majalah Tempo dan Editor. Pers lagi-lagi dibayangi dalam kekuasaan pemerintah yang cenderung memborgol kebebasan pers dalam membuat berita serta menghilangkan fungsi pers sebagai kontrol sosial terhadap kinerja pemerintah. Pembredalanpun marak pada periode ini.

KESIMPULAN
Sejarah buku, majalah, dan surat kabar tidak terlepas dari sejarah perkembangan komunikasi dan teknologi komunikasi. Dan perkembangan sejarah ini juga tidak terlepas dari pengaruh kekuasaan (misalnya politik, negara, dsb). Oleh sebab itu, perlu kita sadari bahwa pentingnya untuk mengetahui perkembangan sejarah buku, majalah, dan surat kabar sebagai bahan literatur kita.

Sumber : http://jurnalistikumsu.wordpress.com

Cerdas dengan Membaca Surat Kabar (Koran)


SURAT Kabar atau yang lebih dikenal dengan koran, merupakan salah satu media informasi yang ada dimasyarakat. Surat kabar sudah dianggap sebagai media informasi yang efisien, disamping televisi dan radio.

Bukan hanya kalangan pejabat atau pengusaha saja yang membaca surat kabar, tetapi ada tukang becak, para pedagang,supir angkot, tukang parkir, mahasiswa dan lain sebagainya.

Dengan membaca surat kabar, kita bisa terus mengikuti perkembangan-perkembangan aktual, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Pada intinya kita semua membutuhkan informasi. Informasi sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok, yang tidak boleh dilewatkan.

Surat kabar sendiri memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder seperti yang disampaikan oleh Agee seorang tokoh media.

Fungsi Utama Surat Kabar

yaitu (1). To Inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam satu komunitas , negara dan dunia, (2) To comment (Mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya kedalam fokus berita, (3), To Provide (Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media.

Fungsi sekunder Surat Kabar

yaitu; (1) untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan untuk membantu kondisi-kondisi tertentu, (2) Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan cerita khusus (3) melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi. (http://oliviadwiayu.wordpress.com).

Bila melihat fungsi surat kabar tersebut, sudah tentu begitu banyak manfaat yang dapat kita ambil dari surat kabar. Salah satunya yaitu fungsi informasi.

Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak pembaca surat kabar yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya.

Jadi tidak mengherankan jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 9 Februari Tahun 2008 yang lalu, telah mencanangkan gerakan membaca koran massal di kalangan pelajar, dalam rangkaian peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2008 yang dipusatkan di lapangan Tri Lomba Juang Mugas Semarang.

Memang tidak salah jika seorang kepala negara menempatkan posisi membaca sebagai hal yang sangat penting.

Karena dengan membaca, seseorang dapat menerima informasi, memperdalam pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan.

Pemahaman terhadap kehidupanpun akan semakin tajam karena membaca dapat membuka cakrawala untuk berpikir kritis dan sistematis.

Hanya dengan melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam surat kabar dapat menjadikan kegiatan sederhana yang membutuhkan modal sedikit, tapi menuai begitu banyak keuntungan.

Dengan demikian masyarakat tidak mudah dibodohi akan hal-hal yang dapat merugikan mereka.

Di Indonesia sendiri, minat masyarakat terhadap membaca masih terbilang rendah, apalagi membaca surat kabar. Berdasarkan penelitian terhadap tingkat daya membaca di 41 negara, Indonesia berada di peringkat ke-39.

Sedangkan tingkat membaca pada anak-anak menurut laporan Bank Dunia, dan Studi lEA di Asia Timur, Indonesia mendapat skor 51,7 di bawah Filipina (52,6); Thailand (65,1) dan Singapura (74,0),(http://cetak.faiar.co.id).

Apalagi bila dibandingkan dengan negara lain yang ada di Asia, misalnya Jepang. Kita masih jauh tertinggal.


Masyarakat Jepang sangat disiplin dalam memanfaatkan waktu, bagi mereka waktu adalah uang dan ini tidak boleh di sia-siakan, merekapun tidak memandang tempat yang dapat digunakan untuk kegiatan membaca, apakah di stasiun kereta, terminal bus atau antrean calon penumpang taksi, dengan mudah ditemukan orang-orang yang sedang membaca. Jadi tidak mengherankan jika oplah koran di Jepang sangat tinggi.

Rata-rata pembaca koran di Jepang 1:2 sampai 1:3. Artinya, tiap dua atau tiga penduduk, satu di antaranya baca koran.

Salah satu hal yang lumrah di Jepang membaca surat kabar sambil berjalan di jalanan umum.

Apakah kita bisa menerapkan kondisi tersebut di negara kita, seperti halnya di Negara Jepang?
Asal kita mau, mengapa tidak! Salah satu caranya, mari kita tumbuhkan sikap disiplin dalam segala bidang. Terutama disiplin dalam berlalu lintas.

Coba kita bayangkan, bila hal tersebut kita terapkan di negara ini, misalnya membaca surat kabar sambil berjalan di jalanan umum, tentu kita akan diomelin oleh pengguna jalan lainnya, karena berjalan tanpa melihat kiri dan kanan ataupun depan dan belakang, kita lebih fokus pada surat kabar yang kita baca.

Oleh karena itu, marilah kita belajar bagaimana menghargai waktu, manfaatkan waktu luang untuk membaca surat kabar yang bisa kita dapatkan dimana saja.

Asalkan ada kemauan pasti ada jalan. Kita pasti mengenal sosok Iwan Gayo yang menulis buku pintar yang mengalami cetak ulang hingga puluhan kali.

Beliau selalu memanfaatkan waktu membaca surat kabar, hingga akhirnya terkenal karena larisnya buku yang ditulisnya dari kebiasaan membaca surat kabar.

Untuk itu, marilah kita tumbuhkan budaya membaca mulai dari lingkungan yang paling kecil disekitar kita, yaitu keluarga.

Tentunya dari hal yang kecil itulah, nantinya dapat memberikan pengaruh terhadap yang lainnya sehingga menjadi besar.

Membaca surat kabar juga tidak harus yang berisi berita terbaru, informasi berita yang sudah beredar beberapa waktu yang lalu, juga dapat kita jadikan referensi bagi pemahaman keilmuan kita.

Oleh karena itu, perlu kita ingat bersama, dengan membaca surat kabar, berarti kita sudah mengetahui sebagian dari suara masyarakat yang ada di sekitar kita. Membaca surat kabar, juga dapat menumbuhkan perilaku positif.

Perilaku yang harus diawali dengan pembiasaan (conditioning) sebelum akhirnya mendarah daging dalam keseharian kita. Untuk itu, marilah dari sekarang kita melakukan aktivitas membaca surat kabar. Selamat membaca. (*)

Sumber : UBB

Jumat, 08 April 2011

GAYA KOMUNIKASI

Gaya komunikasi Anda adalah jendela untuk memahami bagaimana dunia memandang Anda. sepenuhnya sebagai suatu kepribadian unik.  Hal Ini akan mempengaruhi hubungan Anda, karir dan kesejahteraan emosional. Dengan memahami gaya komunikasi Akan memungkinkan Anda untuk bekerja pada aspek yang dapat dilihat sebagai sesuatu yang negatif 

Ada empat tipe dasar yang digunakan untuk menggambarkan gaya komunikasi seseorang :
 
   1. Komunikasi Pasif
  Anda tidak pernah membela diri sendiri,  jika Anda adalah seorang komunikator pasif. Jika Anda adalah seorang komunikator pasif, Anda akan menghindari untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan opininya. Ketika Anda mengekspresikan perasaan dirinya, anda sering dengan cara minta maaf yang terkadang diabaikan oleh orang lain. Bahkan sebagai komunikator pasif, Anda mengizinkan orang lain untuk mengambil keuntungan dari anda dengan melanggar hak-hak Anda. Akibatnya Anda merasa cemas, terjebak dan putus asa karena Anda berada di luar kendali hidup Anda. Anda mungkin membenci orang lain karena Anda tidak mendapatkan kebutuhan Anda terpenuhi dengan sempurna. Perilaku Anda membiarkan orang lain untuk mendominasi Anda, seperti dengan berbicara lembut dengan kontak mata terbatas dan menggunakan bahasa tubuh tunduk. Anda mungkin mengalami depresi dan kebingungan. Anda dapat menjadi komunikator yang lebih kuat dengan menegaskan diri Anda sendiri.  
Lebih jauh komunikator Pasif menghindari konfrontasi beresiko oleh karena mereka menghindari untuk mengekspresikan pendapat dan perasaan mereka secara terbuka. Pasif komunikator biasanya memiliki rasa minder dan memungkinkan orang lain untuk melanggar hak-hak mereka. Mereka cenderung berbicara lembut dan menunjukkan kontak mata miskin. Pasif komunikator sering merasa marah karena kebutuhan mereka tidak terpenuhi.

       
2. Agresif
Jika Anda adalah seorang komunikator agresif, Anda tetap mempertahankan  diri sendiri dan hak-hak Anda secara langsung namun terkadang berprilaku tidak pantas. komunikasi verbal Anda ada kesan dapat melecehkan dan melanggar atas hak orang lain. Pribadi agresif juga berasal dari rasa rendah diri yang dilampiaskan dalam bentuk dominasi kekuasaan. Sebagaikomunikator agresif, Anda mencoba untuk mendominasi orang lain dan  mengancam, sering mengkritik, dan menyalahkan lemahnya orang lain untuk mendapatkan kekuasaan. bahasa tubuh Anda terlihat sombong, dan Anda cepat marah kalau tidak sesaui dengan keinginan anda. Sebagai hasilnya, Anda dijauhi  orang lain dan merasa lepas kendali. Anda tidak bisa mendapatkan kebutuhan Anda terpenuhi dengan cara yang sehat. Anda merasa orang lain berutang budi pada Anda atau menganggap orang lain lebih rendah.
komunikasi Agresif melibatkan manipulasi. Seorang komunikator agresif mungkin mencoba untuk membuat orang lain melakukan apa yang mereka inginkan dengan menginduksi rasa bersalah atau menggunakan intimidasi. komunikator agresif tidak memperhitungkan perasaan orang lain dan sering berbicara dalam keras, menuntut suara. komunikator agresif sering mengganggu dan tidak mendengarkan dengan baik.

 Untuk menjadi komunikator yang lebih efektif, anda harus mengekspresikan diri secara langsung secara jujur ​​dan harus menghormati orang lain.
       
3. Pasif-Agresif  
Jika Anda adalah seorang komunikator pasif-agresif, Anda tidak berhubungan langsung dengan masalah Anda. Anda tampaknya tidak memiliki masalah luar dengan orang lain, sedangkan secara tidak langsung mengekspresikan kemarahan Anda dan frustrasi. Sebagai komunikator pasif-agresif, Anda menggunakan sarkasme, penolakan dan bahasa tubuh membingungkan. Anda dapat mencoba untuk melemahkan atau bahkan sabotase orang lain. Akibatnya, Anda merasa tidak berdaya dan tidak efektif. Anda memiliki kesulitan memperoleh kepercayaan sejak lain tidak melihat Anda sebagai stabil atau mudah. Anda dapat meningkatkan efektivitas komunikasi Anda dengan langsung berurusan dengan masalah Anda.

komunikator Pasif-agresif menghindari konfrontasi langsung namun upaya untuk mendapatkan bahkan melalui manipulasi. Mereka sering merasa tidak berdaya dan kesal. Mereka sering mengatakan "ya" ketika mereka benar-benar ingin mengatakan "tidak." Pasif-agresif komunikator sering sarkastis dan berbicara unkindly tentang orang-orang di belakang punggung mereka. Mereka mungkin bergumam untuk diri mereka daripada menghadapi orang atau masalah.


       
4. Tegas 
 Anda adalah komunikator yang kuat jika Anda tegas. Jika Anda adalah seorang komunikator tegas, Anda efektif menyatakan pikiran dan perasaan Anda secara jelas dan hormat. Anda menangani masalah Anda tanpa melanggar atau mengasingkan orang lain. Anda cenderung memiliki, sehat harga diri yang tinggi. Sebagai komunikator tegas, Anda menggunakan bahasa tubuh tenang, kontrol diri dan mendengarkan aktif. Akibatnya, Anda merasa memegang kendali dan lain-lain merasa betah dan terhubung dengan Anda. Anda menerima tanggung jawab untuk masalah Anda dan pilihan dan berdiri sendiri. Anda tidak mencoba untuk mengendalikan orang lain. komunikasi asertif adalah gaya disukai.  

komunikasi asertif sering dianggap paling efektif dan sehat bentuk komunikasi. Bersikap tegas membantu sebuah keuntungan diri individu percaya diri dan harga diri, mendapatkan rasa hormat dari orang lain, menciptakan hubungan yang jujur ​​dan mendapatkan kepuasan lebih. komunikator asertif mengekspresikan kebutuhan mereka secara jelas. Mereka berusaha untuk menemukan solusi saling menguntungkan untuk masalah. Menjadi asertif berarti Anda bersedia untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan sadar akan hak orang lain. Dari gaya komunikasi diatas kira-kira anda masuk kategori mana?

Sumber : http://www.ehow.com

Komunikasi tidak efektif

Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
 
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :

1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.

2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.

3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.

4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.

5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.

7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.

RESENSI BUKU : "Memahami gaya komunikasi anda"

  • Judul Buku  :  Understanding Your Communication Styles
  • Pengarang   :  Ponijan Liaw                                 
  • Tebal Buku  :  117
  • Tahun            :  2005
Berkomunikasi merupakan kegiatan rutin manusia sejak mereka dilahirkan; mulai dari tangisan sang bayi yang menyampaikan pesan berisi kebutuhan psiklogis dan fisiologisnya, sampai dengan pesan berisi kebutuhan komplementer orang dewasa.  Semuanya tidak terlepas dari proses penyampaian dan penerimaan pesan yang disebut komunikasi.
 
Yang menarik dari komunikasi itu sendiri adalah keunikan dari karakter gaya komunikasi yang dimiliki setiap individu.    Pentingnya kita untuk mengetahui dan mempelajari gaya komunikasi dari setiap karakter manusia adalah agar saat kita melakukan proses komunikasi, komunikasi tersebut berjalan dengan lancar, serta mencegah agar tidak terjadi miskomunikasi.

Pertama, empat kepribadian manusia (sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis). Keempat kepribadian tersebut mempunyai karakter masing-masing yang harus didekati dengan gaya komunikasi yang tepat agar komunikasi berhasil. Untuk orang sanguinis yang ceria, misalnya, pendekatan komunikasi yang harus dikedepankan bersifat terbuka, penuh semangat, kata-kata yang berbunga-bunga dan sejenisnya.  Hasilnya akan berbeda bila diterapkan kepada mereka yang berkepribadian melankolis, yang cenderung diam dan penuh konsentrasi dalam pikiran.  Lain pula bila diterapkan kepada mereka yang berkepribadian koleris, yang tegas dan langsung pada persoalan ketika berbicara.  Dan, lain lagi hasilnya bila diterapkan kepada mereka yang cinta damai dan tenang, seperti plegmatis.

Kedua, karakter manusia juga sangat berbeda jika ditinjau dari sisi psikologis.  Disini terdapat tipe-tipe orang, seperti extravert (terbuka), introvert (tertutup), intuitive (intuitif), feeling (perasa), judging (penilai).  Setiap orang dengan tipe-tipe di atas memiliki karakter yang unik.  Orang dengan karakter terbuka hanya akan dapat “ditaklukkan” dalam komunikasi bila kita berbicara secara terbuka, tidak ada yang ditutup-tutupi, semuanya transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.  Akan berbeda halnya bila berhadapan dengan mereka yang berkarakter tertutup, yang sangat menjaga asas kerahasiaan dan privasi.  Bagi mereka yang berkarakter intuitif, yang lebih mengandalkan hal-hal yang tidak nyata dan hanya berdasarkan pada pandangan (intuisi), pembicaraan terbuka dan tertutup tidak akan dapat memenuhi standar mereka.  Ada tipe intuitif, ada pula tipe perasa dan penilai.  Kedua tipe terakhir ini tidak akan dapat menerima sebuah ungkapan, baik terbuka maupun tertutup, secara langsung pada saat mendengarkan.  Mereka akan melakukan penilaian yang melibatkan perasaan.  Mereka akan menyerap informasi dan ujaran dengan cara yang juga berbeda.

 Ketiga, karakter manusia berdasarkan fungsi otak.  Orang dengan fungsi otak kiri dominant akan berbeda gaya komunikasinya dibandingkan dengan mereka yang berfungsi otak kanan dominant.  Orang dengan otak kiri dominant relative lebih serius, sistematis, dan metodologis.  Sebaliknya, orang-orang dengan fungsi otak kanan dominant relative lebih terbuka, berorientasi pada garis besar dan santai.  Dengan kedua orang tipe ini, gaya komunikasi kita harus disesuaikan.

Keempat, karakter manusia berdasarkan gender (jenis kelamin).  Kaum laki-laki dan perempuan memiliki gaya komunikasi yang berbeda.  Kaum lelaki lebih cenderung berbicara secara monolitik dalam hal topic, sementara perempuan dapat melakukan pembicaraan multi topic.  Hal ini terjadi karena wanita memiliki multi tracking brain, sementara pria harus cukup puas dengan mono tracking brain.  Oleh karena perbedaan tersebut, pendekatan komunikasinya juga harus disesuaikan.  Dengan wanita  penjelasan berlapis dengan multi tema dapat dilakukan, namun tidak demikian bila pria yang menjadi lawan bicara kita.

Kelima, karakter manusia berdasarkan golongan darah.  Ternyata golongan darah menentukan karakter manusia.  Paling tidak, hal itu diyakini oleh sebagian besar orang Jepang.  Golongan darah A, B, AB, dan O sangat unik dengan perbedaan yang ada.  Orang dengan golongan darah A cenderung sangat hangat, tenang, hati-hati, bertanggung jawab, dan sebagainya.  Berbeda dengan orang bergolongan darah B yang cenderung dingin dan sistematis dalam menghadapi sesuatu.  Lain lagi dengan orang bergolongan darah AB yang mudah berubah-ubah; golongan darah ini kurang diminati di Jepang untuk diajak bekerja sama.  Orang dengan golongan darah O mendominasi di Jepang.  Mereka tidak banyak ambil pusing, penuh semangat, namun terkadang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka.  Kepada orang-orang dengan golongan darah yang berbeda-beda dan memiliki karakter beragam tersebut, pendekatan komunikasi yang dilakukan pun berbeda.

Keenam, karakter berdasarkan sifat dasar manusia: agesif, pasif, dan asertif.  Orang-orang agresif sangat berapi-api ketika mengemukakan pandangan.  Sebaliknya, orang pasif relative lebih kalem ketika mengutarakan pendapat.  Orang asertif adalah tipe diantara keduanya.  Tipe ini lebih akomodatif, namun tegas.  Terhadap sifat dasar manusia ini, gaya komunikasinya juga harus dapat mengikuti alur sifat yang ada.  Kepada mereka yang agresif, imbangi pembicaraan dengan semangat “membara”.  Kepada yang pasif, kita harus mengganti gaya kita ke suasana kalem dan tenang.  Kepada orang asertif, pilih topic pembicaraan yang inklusif, bukan eksklusif.

Ketujuh, karakter manusia berdasarkan pola laku: doer (pelaku), influencer (pemberi pengaruh), dan connector (penghubung).  Sesuai namanya, para pelaku akan lebih suka pada tindakan daripada kata-kata.  Sementara itu, orang bertipe pemberi pengaruh akan mencoba mewarnai orang lain denga keyakinan yang dimiliki.  Orang tipe penghubung cenderung menjadi juru damai yang intens.  Ketiga pola laku tadi membuat kita harus membedakan gaya berkomunikasi.  Untuk orang tipe pelaku, jika berbicara langsunglah pada permaslahan.  Berbeda dengan orang bertipe pemberi pengaruh yang harus lebih didekati dengan cara menurut.  Sementara untuk orang dengan tipe penghubung, hal-hal social kemasyarakatan harus lebih dikedepankan.

Kedelapan, karakter manusia berdasarkan ekspresi : expresser (pengungkap), driver (pendorong), dan analytical (analistis).  Manusia memang unik dalam mengekspresikan diri mereka.  Ada yang dengan gembira seperti para pengungkap, ada yang tegas, dan ada pula yang kritis menyikapi sesuatu.  Kesemuanya itu mendapatkan porsi berbeda dalam kaitannya dengan komunikasi.  Untuk orang bertipe pengungkap, bergembiralah dengan mereka.  Untuk orang bertipe pendorong, ikutilah arahan mereka, dan utnuk orang bertipe analistis, berbicaralah secara teratur dan terukur.

Kesembilan, karakter manusia berdasarkan gerak: socializer (penggembira), thinker (pemikir), dan director (pengarah).  Sesuai dengan atribut mereka, gaya komunikasi yang diterapkan jauh lebih mudah.  Orang dengan tipe penggembira akan mudah dihadapi dengan sifat persahabatan yang hangatdan tanpa prasangka.  Untuk tipe pemikir, gaya yang lebih tepat tentu lebih mengutamakan kerangka berpikir ilmiah dan rasional, dan untuk tipe pengarah lebih mudah jika didekati dengan gaya menuruti apa yang tengah disampaikan.

Terakhir, kesepuluh, adalah karakter manusia berdasarkan system representasional: visual (penglihatan), auditory (pendengaran), dan kinesthetic (gerakan).  Ada orang-orang tertentu yang lebih terangsang pada saat mereka menerima informasi melalui matanya.  Namun, aada juga yang lebih mengandalkan telinga, tidak jarang pula yang mengutamakan gerakan dan perasaan.  Semua indra akan memberikan indicator kepada kita bagaimana seharusnya kita menghadapi seseorang saat berkomunikasi.  Orang dengan tipe penglihatan akan lebih efektif bila diberi objek gambar, grafik, dan sejenisnya ketika kita berkomunikasi dengan mereka.  Sementara utuk mereka yang mengutamakan pendengaran, yang perlu ditingkatkan adalah teknik suara.  Untuk tipe gerak/perasaan, kata-kata bersifat psikologis yang menggugah seharusnya dikedepankan, ditambah gerakan emosional.