Selasa, 22 Mei 2012

LABELLING

Oleh : Iksander (Staf Humas UBB)

Labelling kuranglebih artinya penyematan identitas secara sepihak kepada seseorang dan seringkali dalam konotasi negative. Kata ini berasal dari bahasa Inggris, Label yang artinya cap. Labelling, adalah proses memberi cap atau indentitas. Labelling bisa dikenakan pada individu tertentu atau kelompok dalam masyarakat atau ras.

Dalam konsep jurnalistik, labelling seringkali tanpa sadar digunakan dalam redaksional berita. Misalnya pada penyebutan ras, dengan mata sipit untuk keturunan tionghoa, pisau di pinggang untuk orang sumatera sebelah selatan. Pintar berdagang untuk orang Minang, dll.

Dalam elemen jurnalisme, wartawan digarisbawahi untuk tidak melakukan labelling. Sebab ia rentan subyektifitas. Ada kekhawatiran ia semacam penghakiman publik lewat media.
Labelling pada dasarnya persepsi awal. Namun entah mengapa ia dianggap kebenaran bagi sejumlah besar masyarakat kita. Orang ambon dilabeli dengan konsep kekerasan. Fundamental dilabeliterorisme. Dan semacamnya. Meski kita tak serta merta sertuju dengan penyematan itu.

Ketika orang awam mendengar labelling, informasi ini bisa jadi ditelan mentah-mentah. Akibatnya prilaku seseorangakan berubah seiring kekuatan labelling itu bersemayam di otaknya. Mungkin orang akan lebih hati-hati atau jaga omongan ketika bicara dengan orang Ambon. Bisa jadi mungkin orang akan selalu "perhitungan" dengan orang Minang.

Padahal tidak semua orang Ambon gahar-gahar dan temperamen. Orang Minang mungkin dalam artian pandai berdagang, pandai pula mengolah uang tentunya. Bisaja didalam hubungan antar manusia, dalam hubungan sosialia sering berderma. Atau si Ambon manisese lalu manis dan sering membantu sesama. Temperamen mereka bisa jadi kultur budaya dan adat istiadat atau geografis. Yang terakhir bisa menjadi perdebatan.

Bagi individu, labelling menjadi persoalan tersendiri. Bahkan bisa menjadi senjata pemusnah karir. Yang menjadi soal adalah ketika ini terjadi dalam sebuah komunitas atau kelompok sosial. Anggota kelompok yang dicap secara negative lambat laun akan berubah. Bisa jadi ia akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Timbul semacam antipati atau asosial terhadap lingkungan sosialnya.

Kalau ia tak menjadi anggota kelompok sosial dimaksud, tak menjadi soal. Sebab, tiada kepentingan. Alhasil prasangka miring pun tak membuatnya menjadi makhluk anti sosial. Ia bisa jadi melupakannya dan life stiil goes on.

Yang paling parah adalah ketika labelling diberikan oleh strata sosial yang lebih tinggi. Dalam artian ia pemegangkuasa atau punya otoritaster sendiri. Dalam ilmu komunikasi, pesan dari golongan ini lebih mudah dipercaya karena dianggap kredibel.

Bagi korban labelling tersebut ini menjadi mimpi buruk. Sebab labelling akan mudah diterima dan diamini serentak. Apalagi tak ada anggota lain yang befikir kritis. Apalagi dalam sebuah komunitas yang bertipe oligopoly. Kebenaran hanya milik kelompok atau golongan tertentu. Ketika tiada anggota lain yang mampu meredam efekla belling.

Mimpi buruk pun akan menjadi-jadi jika labelling ternodai oleh modus politik. Dominasi golongan digabungkan dengan politik. Alhasil penyematan persepsi riskan subyektif dan bias. Suatu tindakan yang unfair dan menodai konsepsi kredibelitas.

Bisa dibayangkan kekuasaan menjadi otorisasi kebenaran mutlak. Ini mirip zaman orde baru. Ketika Soeharto bisa menjadi sumber kebenaran dalam bernegara. Sehingga setiap kata pun, kata Menteri Dalam Negeri selalu diawali dengan Kata Bapak, atau Perintah Bapak.

Bagi yang berbeda dengan Soeharto, bisa dicap aneh-aneh, anda bisa-bisa dituduh Subversif. Atau anda Komunis tulen. Jaman ordebaru, kebebasan berbicaradan ide-ide baru dianggap sah ketika selaras dengan Soeharto, tapi ketika berbeda anda tiada tempat kecuali bui itu sendiri.

Kembali kekelompok sosial, labelling bisa menjadi bumerang itu sendiri. Ia menjadi senjata makan tuan. Kita tak pernah tahu, anggota kelompok "kiri" bisa menyimpan ide besar bagi kemajuan kelompok.Tujuan kelompok bisa cepat tercapai jika semua anggota bahu membahu dan saling melengkapi. Dalam perbedaan bukan dalam kesamaan.

Jika perbedaan dianggap kesalahan, maka bisa jadi kita yang punya otoritas tak menyadari bahwa kita hidup di Indonesia. Sebuah Negara yang punya ratusan suku bangsa, bahasa dan budaya. Dalam komunitas yang kurang dewasa, seringkali emosional sering menjadi pertimbangan dalam pengolahan kebijakan. Apalagi dalam sebuah komunitas atau kelompok sosial yang sedang berkembang, kebijakan-kebijakan seringkali diambil secara aksidental dan temporal. Belum punya indikator pasti, akibatnya pemegang otoritas bisa jadi menggunakan subyektifitasnya sebagai metode penilaian. Ini rentan bias dan ditunggangi kepentingan yang lebih besar.

Bertindak obyektif memang tak mudah. Apalagi hidup dalam kultur organisasi oligopoli. Modus-modus politik dan ambisi pribadi sukar dihilangkan. Namun pada hakikatnya, kita memang hidup dalam dunia labelling. Dalam terpaan media massa sarat dan ragam informasi. Ketika arus pesan membawa makna-makna baru dalam varian kemasan yang menarik itu.

Namun dalam kungkungan informasi itu, kita masih dapat mencari perbandingan dan belajar kritis dan klarifikasi. Informasi tak ditelan mentah-mentah namun diamati, bila perlu dialami. Agar didapat pengalaman pribadi. Kebijakan akhirnya lebih kredibel dan akuntabel.

Penghakiman individu lewat media harus dihindari oleh setiap wartawan. Iaharuslah berpihak pada kebenaran dan advokasiminoritas. Metode ini seyogyanya menjadi bahan pertimbangan bagi pemegang otoritas. Bukan mendominasi kebenaran dan hal-hal semacam baik dan buruk.

Satulagi, klarifikasi dan pendalaman informasi juga dua hal penting. Informasi awal tak bisa benar. Ia perlu dikrosscek dan diukur kebenarannya lewat wawancara dua atau tiga pihak. Bagi pemegang otoritas, dua hal ini dirasa jadi bahan pertimbangan juga ketika memperlakukan anggota sosialnya.

Sumber : UBB

Selasa, 15 Mei 2012

FUNGSI, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PETUGAS OPERASIONAL

1. Producer
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan
o Pengambil keputusan pada proses produksi siaran,
o Penanggung jawab tertinggi seluruh proses produksi pada masing-masing daypart,

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan tugas pada kurun waktu dinas shift (daypart),
o Mendampingi Pimpinan (Kepala Seksi di Bidang Produksi) pada Rapat Agenda Setting,
o Mendiskusikan materi utama ”Headline Warta Berita” bersama Desk Editor,
o Mendiskusikan bersama Pengarah Acara mengenai Materi Warta Berita yang perlu (akan) dikembangkan secara live, dalam bentuk Wawancara, Dialog atau Pendalaman berita,
o Mendiskusikan Materi Utama ”Headline Warta Berita Olahraga” bersama Desk editor Olahraga,
o Mengkoordinasikan seluruh petugas pada unit kerja terkait,
o Menciptakan / Memelihara suasana / lalulintas kerja yang kondusif,
o Mengawasi pelaksanaan Rekomendasi (hasil) Rapat Agenda Setting,
terkait dengan Materi Bulletin Warta Berita, Wawancara, Topik
Bahasan Dialog Interaktif, dan pemilihan Narasumber,
o Melakukan evaluasi kerja per Daypart,
o Mengisi Buku Komunikasi antar produser,
o Bertanggung-jawab kepada Kepala Bidang Produksi dan Kepala
Pusat Pemberitaan.

2. Pengarah Acara
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan Produser,
o Pelaksana rekomendasi Rapat Agenda Setting,
o Pengatur lalulintas Siaran,


Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hari rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Mengatur lalulintas siaran,
o Mendiskusikan materi utama ”Dialog dan wawancara” bersama Produser dan Desk Editor,
o Memberikan arahan kepada Presenter dan Penyiar pembaca Berita,
o Menjalin koordinasi kerja dengan seluruh Desk operasional
Redaktur dan Reporter dinas,
o Menyiapkan bahan pertanyaan untuk Presenter,
o Menyeleksi pendengar peserta Interaktif,
o Menghubungi Reporter (News Getter) di lapangan, untuk
pengembangan berita secara live,
o Menghubungi Narasumber untuk pengembangan berita dalam bentuk
Wawancara dan Dialog Interaktif,
o Mengisi Daftar Acara Siaran (DAS)
o Mengisi Buku Laporan Kerja,
o Bertanggung-jawab kepada Kepala Bidang Produksi dan Kepala
Pusat Pemberitaan.

3. Presenter / Moderator Studio
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan produser
o Pelaksana Rekomendasi Rapat Agenda Setting,
o Pengisi Acara siaran,

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hari rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Melaksanakan Instruksi dan arahan dari Pengarah Acara,
o Membuka / menutup siaran pada shift dinas (daypart),
o Menyajikan siaran secara baik dan menarik sesuai kebutuhan
pendengar,
o Memandu reporter dan kontributor dilapangan,
o Memandu dialog interaktif,
o Memandu wawancara
o Melakukan Pengembangan Masalah Actual dalam bentuk dialog atau wawancara.
o Melakukan pengembangan melalui Wawancara atau Dialog, tentang Isyu Aktual yang sedang berkembang di masyarakat, yang muncul dalam Paket Warta Berita Sentral,
o Bertanggung Jawab kepada Produser, Kepala Seksi Pengembangan Berita dan Kepala Bidang produksi.

4. Koordinator Liputan Nasional
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan Produser,
o Pelaksana rekomendasi Rapat Agenda Setting,

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hari rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Memantau perkembangan situasi IPOLEKSOSBUD-HANKAMNAS,
o Memantau perkembangan ”Isu-isu Internasional” yang memiliki nilai berita,
o Membagi tugas peliputan berita kepada para reporter, sesuai hasil Rapat Agenda Setting,
o Menghubungi para Reporter di lapangan,
o
o Menjalin koordinasi kerja dengan Desk Editor, Desk Olahraga, Petugas Editing, dan Pengarah Acara,
o Mengisi Buku Laporan Kerja,
o Bertanggung jawab kepada Produser dan Kepala Bidang Produksi.

5. Koordinator Liputan Daerah
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan Produser,
o Pelaksana rekomendasi Rapat Agenda Setting,

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hari rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Memantau perkembangan situasi IPOLEKSOSBUD-HANKAMNAS, didaerah,
o Menjalin koordinasi dengan para Kepala Pemberitaan RRI Cabang,
o Menerima dan menyeleksi usulan agenda liputan daerah untuk disiarkan di Pro3,
o Membagi tugas peliputan berita kepada para Kepala Pemberitaan dan para Reporter RRI Cabang, sesuai hasil Rapat Agenda Setting,
o Menghubungi para Reporter RRI Cabang yang ada di lapangan,
o Menjalin koordinasi kerja dengan Desk Editor, Desk Olahraga, Petugas Editing, dan Pengarah Acara,
o Mengisi Buku Laporan Kerja,
o Bertanggung jawab kepada Produser dan Kepala Bidang Produksi.

6. Desk Polhukam
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan Produser,
o Pelaksana rekomendasi Rapat Agenda Setting,

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hari rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Memantau perkembangan situasi POLITIK-HUKUM dan HANKAMNAS,
o Membagi tugas peliputan berita kepada para reporter, sesuai hasil Rapat Agenda Setting,
o Menghubungi para Reporter di lapangan,
o Menjalin koordinasi kerja dengan Desk Editor, Petugas Editing, dan Pengarah Acara,
o Mengisi Buku Laporan Kerja,
o Bertanggung jawab kepada Produser dan Kepala Bidang Produksi.

7. Desk Perekonomian
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan Produser,
o Pelaksana rekomendasi Rapat Agenda Setting,

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hari rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Memantau perkembangan situasi POLITIK-EKONOMI Nasional dan Internasional,
o Membagi tugas peliputan berita kepada para reporter, sesuai hasil Rapat Agenda Setting,
o Menghubungi / menugaskan para Reporter di lapangan,
o Menjalin koordinasi kerja dengan Desk Editor, Petugas Editing, dan Pengarah Acara,
o Mengisi Buku Laporan Kerja,
o Bertanggung jawab kepada Produser dan Kepala Bidang Produksi.

8. Desk Kesra
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan Produser,
o Pelaksana rekomendasi Rapat Agenda Setting,

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hari rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Memantau perkembangan situasi SOSIAL dan BUDAYA Nasional,
o Membagi tugas peliputan berita kepada para reporter, sesuai hasil Rapat Agenda Setting,
o Menghubungi / menugaskan para Reporter di lapangan,
o Menjalin koordinasi kerja dengan Desk Editor, Petugas Editing, dan Pengarah Acara,
o Mengisi Buku Laporan Kerja,
o Bertanggung jawab kepada Produser dan Kepala Bidang Produksi.


9. Desk NGO (Lembaga Non Pemerintah)
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan Produser,
o Pelaksana rekomendasi Rapat Agenda Setting,

Tugas dan Wewenang
o Mengikuti dan Melaksanakan hari rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Memantau perkembangan situasi IPOLEKSOSBUD-HANKAMNAS,
o Memantau perkembangan ”Isu-isu Internasional”, yang terkait dengan bantuan luar negeri terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM / NGO)
o Membagi tugas peliputan berita kepada para reporter, sesuai hasil Rapat Agenda Setting,
o Menghubungi / menugaskan para Reporter di lapangan,
o Menjalin koordinasi kerja dengan Desk Editor, Petugas Editing, dan Pengarah Acara,
o Mengisi Buku Laporan Kerja,
o Bertanggung jawab kepada Produser dan Kepala Bidang Produksi.

10. Desk Luar Negeri
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan Produser,
o Pelaksana rekomendasi Rapat Agenda Setting,


Tugas dan Wewenang
o Mengikuti dan Melaksanakan hari rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Memantau perkembangan ”Isu-isu Internasional”, yang memiliki nilai berita,
o Membuat / menyusun item berita luar negeri untuk bahan Bulletin Warta Berita, yang bersumber dari media asing kecuali LKBN Antara,
o Melakukan wawancara dengan Narasumber atau Saksi Mata peristiwa penting yang berdomisili di Luar Negeri, baik warga Indonesia maupun warga negara asing, untuk bulletin Warta Berita,
o Merekam atau Melakukan Editing (Proses produksi) Item berita Luar Negeri,
o Menghubungi / menugaskan para Reporter, Kontributor atau Koresponden Pusat Pemberitaan yang berdomisili di Luar Negeri,
o Menjalin koordinasi dan kerjasama dengan Desk Editor dan Petugas Editing,
o Mengisi Buku Laporan Kerja,
o Bertanggung jawab kepada Produser dan Kepala Bidang Produksi.

11. Reporter
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan produser,
o Pelaksana Rekomendasi Rapat Agenda Setting.

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hasil rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Memantau perkembangan situasi IPOLEKSOSBUD-HANKAMNAS,
o Memantau perkembangan ”Isu-isu Internasional” yang memiliki nilai berita,
o Melaksanakan tugas-tugas peliputan berita yang diberikan oleh Kepala Desk Liputan dan atau Koordinator Liputan maupun Kepala Seksi Redaksi dan Liputan,
o Melaporkan hasil liputan kepada Desk Liputan atau kepada Koordinator Liputan,
o Membuat / menyusun berita hasil liputan dan menyerahkan berita yang telah disusun kepada Desk Editor,




12. Desk Editor
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan produser,
o Pelaksana Rekomendasi Rapat Agenda Setting.

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hasil rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Memantau perkembangan situasi IPOLEKSOSBUD-HANKAMNAS,
o Memantau perkembangan ”Isu-isu Internasional” yang memiliki nilai berita,
o Mendiskusikan materi utama ”Headline Warta Berita” bersama bersama Produser,
o Menyusun / merangkai Buletin Berita Aktual (Warta Berita) untuk disiarkan pada setiap jam-jam genap,
o Melakukan koordinasi dengan Desk Liputan, Pengarah Acara dan Presenter,
o Mengupayakan sinkronisasi dan kesinambungan Output Siaran Berita, antara berita-berita yang disiarkan dalam Bulletin Warta Berita dengan Wawancara dan Dialog Interaktif,
o Menyusun Paket Warta Berita dengan menampung laporan para reporter (termasuk hasil liputan reporter RRI daerah),
o Mengoreksi / menyeleksi setiap berita yang akan dimasukkan dalam paket Warta Berita,
o Melakukan perbaikan / penyempurnaan kalimat berita,
o Menunda atau membatalkan penyiaran berita yang tidak laik siar,
o Bertanggung-jawab atas seluruh materi berita yang disiarkan dalam Paket Warta Berita, kecuali hasil wawancara yang dilakukan secara langsung (live) oleh Presenter.
o Membuat (Mengisi) Buku Laporan Kerja,
o Bertanggung Jawab kepada Kepala Bidang Produksi.
13. Redaktur
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan produser,
o Pelaksana kebijakan Desk Editor,
o Pelaksana Rekomendasi Rapat Agenda Setting.

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hasil rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Desk Editor,
o Menyusun paket bulletin Warta Berita pada setiap jam Genap.
o Mengupayakan sinkronisasi dan kesinambungan Output siaran berita.
o Menampung meng-edit laporan dari para reporter, termasuk reporter daerah.

14. Penyiar / Pembaca Bulletin Warta Berita
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan produser,
o Pelaksana kebijakan Desk Editor,
o Pelaksana Rekomendasi Rapat Agenda Setting.

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hasil rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Membaca berita setiap jam,
o Melakukan koordinasi dengan Desk Editor / Desk Berita Olahraga,
o Melaksanakan koordinasi dengan PA melakukan dialog ( menerima laporan) reporter di lapangan diantara lagu-lagu ( Flashnews / ROS ),
o Menyampaikan Pengantar Dialog Interaktif atau Wawancara.

15. Operator.
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan produser,
o Pelaksana kebijakan Desk Editor,
o Pelaksana Rekomendasi Rapat Agenda Setting.

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hasil rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Melaksanakan instruksi (arahan) dari Pengarah Acara,
o Menjalankan operasional technik Studio dan mengatur lalulintas telepon dan MCR.
o Mengisi buku laporan Kerja,
o Bertanggung jawab kepada Produser dan Kepala Bidang Sumberdaya Teknologi

16 . Editing.
Fungsi :
o Pelaksana kebijakan Kepala Pusat Pemberitaan,
o Pelaksana kebijakan produser,
o Pelaksana kebijakan Desk Editor,
o Pelaksana Rekomendasi Rapat Agenda Setting.

Tugas dan Wewenang
o Melaksanakan hasil rapat (Rekomendasi) Agenda Setting,
o Melaksanakan Instruksi arahan Desk editor,
o Melaksanakan arahan dari Redkatur,
o Melakukan produksi rekaman atas hasil liputan reporter,
o Merekam hasil laporan reporter RRI Daerah.
o Mengisi Buku Laporan Kerja

10 Tahapan Kreatif Perencanaan PR yang Sukses

Membuat rencana public relations membutuhkan waktu, pengetahuan, dan pemahaman tentang perusahaan,  kebutuhan dan keinginan klien. Berikut adalah beberapa langkah untuk memastikan Anda  untuk memenuhi  keinginan dan kebutuhan dalam proses pembuatan rencana serta Anda bisa membuat rencana yang relevan dan berguna untuk perusahaan Anda atau klien.

   
Ketahui perusahaan Anda atau situasi klien saat ini . Hal ini penting untuk mengetahui di mana perusahaan sekarang berdiri, di mana perusahaan mampu untuk pergi, apa yang pasar perusahaan / industri tampak seperti, dan apa arah perusahaan yang dipimpin. Hal ini membantu untuk meletakkan segala sesuatu dalam perspektif.

   
Ketahui  sumber daya Anda. Ini bisa menjadi bagian dari langkah pertama, karena merupakan bagian dari analisis situasional diperlukan untuk memahami di mana perusahaan Anda atau klien saat ini berdiri. Hal ini dapat membantu Anda lebih baik membangun taktik dan strategi sambil mempertimbangkan anggaran, waktu, dan keterbatasan sumber daya lain perusahaan atau klien mungkin.

   
Ketahui tujuan dan sasaran anda. Juga penting untuk rencana PR mengalami kesuksesan, Anda harus tahu di mana perusahaan berharap untuk pergi. Seperti mengemudi tanpa arah, rencana PR tanpa gol atau tujuan adalah tindakan tanpa tujuan yang tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang bisa datang, atau bahkan apa hasil yang diinginkan. Pastikan bahwa tujuan rencana PR sejalan dengan seluruh tujuan perusahaan secara keseluruhan, dan memastikan bahwa mereka jelas bagi semua yang terlibat.

   
Ketahui dan tentukan target pemirsa Anda. Ini berarti bahwa Anda telah menetapkan sasaran pembeli Anda dan media sasaran khalayak. Setiap penonton akan membutuhkan pesan yang berbeda dan pendekatan yang berbeda. Mengetahui penonton akan membantu Anda untuk membingkai strategi dan taktik sehingga Anda dapat secara efektif menjangkau orang yang Anda berharap untuk mencapai.

   
Inventarisir pesan dan strategi yang akan Anda gunakan untuk menjangkau audiens target Anda . Hal ini harus sejalan dengan tujuan dan sasaran yang tercantum sebelumnya, jika mereka tidak, rencana tersebut sudah dimulai dengan awal yang agak buruk. Ketahuilah bahwa strategi Anda dan pesan juga harus berhubungan satu sama lain, jika tidak ada beberapa putuskan terjadi yang perlu ditangani.

   
Tentukan taktik yang akan Anda gunakan untuk membuat strategi yang  anda daftar kan sesuai dengan kenyataan. Taktik ini akan mengambil pesan dan strategi yang terdaftar dan membuatnya terjadi. Jika, misalnya, strategi adalah untuk meningkatkan kesadaran merek perusahaan, taktik bisa termasuk penjangkauan masyarakat, sosial penggunaan media, konferensi pers, dll Ada pertama perlu menjadi strategi yang ditetapkan sebelum taktik dapat diatasi dan ditugaskan untuk pesan.

    
Buat Timeline  untuk implementasi. Hal ini perlu bersikap realistis tetapi juga menantang. Ingat bahwa tidak boleh ada penyimpangan dalam rencana PR di mana siaran pers yang dikirim keluar, peristiwa sedang berlangsung, atau media yang terlibat. Perlu ada pengingat kepada publik bahwa perusahaan masih hidup dan sehat, dan itu dapat dilakukan dengan konstan informasi yang dikirim keluar.

    
Delegasi kewajiban dan tanggung jawab kepada tim Anda atau tim klien Anda untuk memastikan semua bagian dari rencana PR selesai. Hal ini membantu untuk memastikan bahwa semua orang di kapal dan semua orang yang tahu tanggung jawab mereka sendiri dan kewajiban. Ini sangat penting untuk melihat rencana PR datang ke hasil. Langkah ini harus dilakukan dengan semua orang yang terlibat sehingga tidak ada yang merasa kewalahan, ditinggalkan, atau diberi tanggung jawab terlalu banyak. Ini juga dapat membantu untuk memberikan semua orang rasa tanggung jawab sejak rencana itu dibuat dengan semua orang bersama-sama dan mengatakan tidak hanya satu orang.

    
Buat pengukuran hasil / sukses. Untuk mengetahui apakah rencana Anda efektif, membuat pengukuran dan benchmark bagi Anda menerapkan taktik. Ini adalah tempat untuk tim PR untuk mengukur keberhasilan rencana tersebut dan untuk melihat apakah tujuan itu realistis. Membuat pengukuran juga dapat membantu untuk menunjukkan apa yang bisa dilakukan dengan keahlian dan estimasi dari sebuah perusahaan PR atau tim.

    
Review setelah implementasi rencana dan kesimpulan dari rencana. Ini adalah waktu ketika semua yang membantu untuk membuat dan membawa-rencana tersebut dapat berkumpul dan berbagi pemikiran mereka pada apa yang berjalan baik, apa yang tidak berjalan dengan baik, dan apa yang bisa dilakukan secara berbeda di masa depan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rencana masa depan memiliki kesempatan untuk sukses. Langkah ini dapat membantu untuk mendorong anggota kelompok untuk terus bekerja untuk kesuksesan perusahaan dengan memberikan semua orang kesempatan untuk berbicara dan memberikan kontribusi pada perencanaan berikutnya.
Kunci untuk diingat saat membuat rencana PR adalah bahwa semua rencana akan menjadi unik dan berbeda untuk setiap perusahaan, dan bahkan dalam perusahaan yang sama, mereka akan berbeda untuk setiap program tujuan / gol. Kerjakan pekerjaan rumah Anda sebelum membuat rencana, dan pastikan bahwa Anda bekerja sama dengan perusahaan atau klien untuk membuat rencana sukses.

3 Tip Membuat Brosur PR

Media yang sering  digunakan dalam dunia PR adalah brosur  yang biasa digunakan untuk menginformasikan, melibatkan, dan memanggil orang-orang untuk bertindak.  

Brosur adalah sepotong kertas (atau copy digital) yang biasanya dilipat menjadi tiga bagian yang berisikan informasi dari dalam dan luar tentang suatu event, perusahaan, merek, dll, dengan tujuan  perusahaan ingin berbagi dengan publik dan pembeli.  (brochure is a piece of paper (or digital copy) that is usually folded into three sections with information inside and out about an event, company, brand, etc., that the company wants to share with the public and buyers. )

Brosur PR dapat juga menjadi brosur perusahaan biasa, tetapi hasilnya lebih berhasil sesuai target. Upaya lebih harus dimasukkan ke dalam mereka yang digunakan untuk tujuan tertentu dan tujuan sebagai bagian dari kampanye PR Anda.
Brosur PR berbeda dari brosur penjualan. Sementara sebagian besar PR bertujuan untuk mendapatkan dukungan, donasi, pembeli, dll, brosur PR dapat dilihat bukan sekedar sebatas informasi pemasaran Seperti Press kit, tetapi Anda dapat menanamkan kepercayaan, membujuk orang untuk mendukung anda, atau investasi saham.
Brosur PR adalah salah satu cara yang efektif untuk berbagi  informasi dalam bentuk yang cepat dan mudah dicerna oleh khalayak. Perusahaan juga dapat membuat brosur untuk pendaftaran / donasi dari  pembaca dan  Brosur dapat digunakan sepanjang tahun, tapi seperti yang disebutkan di atas, untuk membuat brosur khusus dan ditargetkan untuk penggalangan dana Anda (atau khusus lainnya) peristiwa.
Untuk membuat brosur sukses, Anda harus menyertakan informasi yang tepat yang akan membuat orang tertarik dan mau mengikuti informasi dengan baik. Sama seperti  website, siaran pers, atau pitch media, brosur harus layak diberitakan.
Brosur dapat digunakan offline dan online, jadi pastikan untuk mengoptimalkan mereka untuk pencarian kata kunci jika Anda berencana untuk mempublikasikannya ke website Anda juga. Google indeks PDF serta halaman web, jadi gunakan link, kata kunci, dan panggilan lain untuk bertindak sama untuk mendapatkan hasil maksimal dari brosur Anda.
Untuk memulai, berikut adalah beberapa tips untuk membuat brosur PR:

   
Brosur harus dibuat sesuai dengan identitas perusahaan Anda. Artinya  brosurr Anda  tidak hanya menegaskan kembali identitas Anda, tetapi juga sejalan dengan representasi Anda di tempat lain. Jika perusahaan Anda telah memilih sebuah identitas masih muda, menyenangkan, dan spontan, pastikan brosur Anda memiliki kesamaan.
Anda sudah membuat moto dan pernyataan misi tim pemasaran, dan juga memasukkan filosofi perusahaan. Jika tujuan perusahaan adalah untuk membuat dunia yang lebih baik, dari itu anda memulai. Jadi selama bisa membantu untuk menekankan misi perusahaan (bukan menentang itu) untuk berbagi dengan audiens Anda.

   
Brosur yang dibuat harus layak diberitakan. Sebagaimana disebutkan di atas, layak atau tidaknya diberitakan membuat keberhasilan brosur Anda. Komponen utama untuk menyusun brosur yang memiliki nilai berita adalah: relevan, tepat waktu, dan signifikan. Brosur tersebut akan menghasilkan interes negatif jika penonton yang ditargetkan tidak menemukan informasi yang terkandung di dalamnya menjadi sangat penting bagi mereka. Mengapa informasi begitu penting bagi audiens dalam brosur Anda? Apakah Anda membantu masyarakat, mengubah sesuatu? Lalu katakan demikian! Pelanggan / pembeli / menjaga pembaca tentang hal-hal yang penting bagi mereka dan mempengaruhi kehidupan mereka dalam beberapa cara (mudah-mudahan positif).

    
Buat brosur yang menonjol dari yang lain standar brosur yang kita lihat serasa bosan di tempat komunitas, seperti toko kelontong. Buat brosur yang tidak hanya layak diberitakan tetapi juga secara estetika menarik dan dan mengandung eye-catching. Termasuk pengunaan warna yang menarik sesuai dengan tata seni dengan memanfaatkan logo / mereka serta membuat brosur "pop".
Terakhir, pastikan untuk menyertakan komponen berikut:
  1.      logo dan nama perusahaan.
  2.     Informasi perusahaan ; misi , misi dan tujuan Anda.
  3.     Alasan untuk penyusunan brosur.
  4.     Mengapa brosur itu  sangat  penting bagi pembaca.
  5.  Langkah berikutnya (isinya bisa menggerakan audiens untuk mengikuti dan bergabung dengan organisasi).
  6.     Ada kontak person untuk memudahkan kalau ada audiens yang tertarik
Setelah mengikuti tips di atas, memastikan bahwa brosur Anda memiliki salinan yang ditulis dengan baik yang mengoreksi dan direvisi, dan kemudian mengoreksi dan direvisi lagi. Untuk klien yang melihat dan mencari informasi jangan sampai ada yang salah ketik, karena dapat merusak seluruh brosur. Anda ingin  sukses, baca ulang konsepnya untuk memastikan brosur yang anda konsep tanpa kesalahan sedikitpun, terutama jika Anda akan mencetak banyak dan itu jauh lebih sulit untuk kembali dan mengubah kesalahan setelah Anda dicetak.

Selasa, 01 Mei 2012

Asal-usul Public Relations

Public Relations yang diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (humas) mempunyaidua pengertian. Pertama, humas dalam artian sebagai teknik komunikasi atau technique of communication dan kedua, humas sebagai metode komunikasi atau method of communication (Abdurrahman, 1993: 10).  
 
Konsep Public Relations
sebenarnya berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, danmelalui kegiatan-kegiatan tersebut akan muncul perubahan yang berdampak (lihatJefkins, 2004: 2).PR sendiri merupakan gabungan berbagai imu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmusosial seperti halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi danlain-lain.Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini PR mengalami perkembangan yang sangatcepat. Namun perkembangan PR dalam setiap negara itu tak sama baik bentuk maupunkualitasnya.Proses perkembangan PR lebih banyak ditentukan oleh situasi masyarakatyang kompleks.PR merupakan pendekatan yang sangat strategis dengan menggunakan konsep-konsepkomunikasi (Kasali, 2005:1). Di masa mendatang PR diperkiraan akan mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pemerintah AS mempekerjakan 9000 karyawan di bidangkomunikasi yang ditempatkan di United States Information Agency.
 
Perkembangan Humas di Dunia
 
Dalam sejarahnya istilah  Public Relations sebagai sebuah teknik menguat dengan adanyaaktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy Ledbetter Lee yang tahun 1906 berhasilmenanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika Serikat dengan sukes. Atasupayanya ini ia diangkat menjadi The Father of Public Relations
 
Perkembangan PR sebenarnya bisa dikaitkan dengan keberadaan manusia. Unsur-unsur memberi informasi kepada masyarakat, membujuk masyarakat, dan mengintegrasikanmasyarakat, adalah landasan bagi masyarakat.Tujuan, teknik, alat dan standar etika berubah-ubah sesuai dengan berlalunya waktu.Misalnya pada masa suku primitif mereka menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi ntuk memelihara pengawasan terhadap pengikutnya. Atau menggunakan hal-halyang bersifat magis, totem (benda-benda keramat), taboo (hal-hal bersifat tabu), dankekuatan supranatural.Penemuan tulisan akan membuat metode persuasi berubah. Opini publik mulai berperan.Ketika era Mesir Kuno, ulama merupakan pembentuk opini dan pengguna persuasi. Padasaat Yunani kuno mulai dikembangkan Olympiade untuk bertukar pendapat danmeningkatkan hubungan dengan rakyat. Evaluasi mengenai pendapat atau opini publik merupakan perkembangan terakhir dalam sejarah kemanusiaan.Dasar-dasar fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yangdirencanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode perkembangan memiliki perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik, menciptakan opini publik demi perkembangan organisasinya. Berikut gambaran kronologis PR di dunia:
  • Abad ke-19 :  
 PR di Amerika dan Eropa merupakan program studi yang mandiri didasarkan pada perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi. 
  • 1865-1900 :  
Publik masih dianggap bodoh 
  • 1900-1918 :  
Publik diberi informasi dan dilayani 
  • 1918-1945 :  
Publik diberi pendidikan dan dihargai 
  • 1925 :  
Di New York, PR sebagai pendidikan tinggi resmi 
  • 1928 :  
Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal difakultas sebagai mata kuliah wajib. Disamping itubanyak diadakan kursus-kursus yang bermutu 
  • 1945-1968 :  
Publik mulai terbuka dan banyak mengetahui 
  • 1968 :  
Di Belanda mengalami perkembangan pesat. Ke arahilmiah karena penelitian yang rutin dan kontinyu.Di Amerika perkembangannya lebih ke arah bisnis. 
  • 1968-1979   :  
Publik dikembangkan di berbagai bidang,pendekatan tidak hanya satu aspek saja 
  • 1979-1990 :  
Profesional/internasional memasuki globalisasi dalamperubahan mental dan kualitas 
  • 1990-sekarang 
perubahan mental, kualitas, pola pikir, pola pandang,sikap dan pola perilaku secara nasioal/internasionalb. membangun kerjasama secara lokal, nasional, internasionalc. saling belajar di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,Iptek, sesuai dengan kebutuhan era global/informasi
 
Asal Mula Istilah
Pengertian :Hubungan dengan masyarakat luas baik melalui publisitas khususnya fungsi-fungsiorganisasi dan sebagainya terkait dengan usaha menciptakan opini publik dan citra yang menyenangkan     untuk dirinya  sendiri (Webster’s New World Dictionary)Fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanan dan prosedur seorang individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik danmenjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik (Public Relations News)Filsafat sosial dan manajemen yang dinyatakan dalam kebijaksanaan beserta pelaksaannya yang melalui interpretasi yang peka mengenai peristiwa-peristiwa berdasarkan pada komunikasi dua arah dengan publiknya, berusaha memperoleh saling pengertian dan itikad baik (Moore, 2004: 6)

Public Relations menyangkut suatu bentuk komunikasi yang berlaku untuk semuaorganisasi (non profit - komersial, publik- privat, pemerintah - swasta). ArtinyaPublic Relationsjauh lebih luas ketimbang pemasaran dan periklanan atau propaganda, dan telahlebih awal.Dewasa ini,Public Relations harus berhadapan dengan fakta yang sebenarnya, terlepasdari apakah fakta itu buruk, baik, atau tanpa pengaruh yang jelas. Karena itu, staf PublicRelations dituntut mampu menjadikan orang-orang lain memahami suatu pesan, demimenjaga reputasi atau citra lembaga yang diwakilinya.

 
Bahan Bacaan :
  • Abdurrachman, Oemi. 1993.Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Citra Aditya Bakti 
  • Effendy, Onong Uchjana. 1999.Hubungan Masyarakat. Suatu Study Komunikologis.Cetakan ke lima. Bandung: Remaja Rosdakarya. 
  • Jefkins, Frank dan Daniel Yadin. 1996.Public Relations. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga 
  • Kasali, Rhenald. 2005.Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti 
  • Moore, Frazier. 2004.Humas, Membangun Citra dengan Komunikasi. Bandung: Rosda

LANGKAH-LANGKAH MENJADI PENULIS

oleh : Dedi Iswantoro

UNTUK pandai menulis syaratnya harus bisa menulis. Untuk bisa menulis sebaiknya anda suka membaca. Ada sejumlah strategi praktis untuk terjun menjadi penulis, meskipun saya tidak taat menggunakannya. Pengarang (author) atau penulis (writer)? Hampir sama memang. Namun "penulis" terasa lebih luas jangkauannya. Karena pengarang umumnya menulis sesuatu yang fiktif, sedang penulis melakukan keduanya: fakta (sebagai wartawan, penulis biografi) dan fiksi (sebagai novelis, penyair). Di bawah ini, secara ringkas, adalah langkah-langkahnya.

Pertama : Impian Kata impian mungkin berbeda arti dengan mimpi. Impian seolah sengaja diciptakan, bukan sekadar pemberian. Dan sejumlah orang sukses ternyata awalnya memiliki impian, atau dengan kata lain cita-cita. Sementara itu, impian kadang-kadang muskil dan sulit terjangkau. Dengan demikian, gunakanlah segala perangkat yang memungkinkan untuk mencapai impian yang "tak mungkin" tadi. Tapi, impian menjadi pengarang (besar) bukanlah sesuatu yang tak mungkin.

Kedua : Niat Niat adalah modal utama yang tak memerlukan biaya. Cukup dalam hati atau jika ingin lebih percaya dan yakin, ucapkan sekadar untuk didengar telinga sendiri: "Saya berniat menulis!"

Ketiga : Kemauan. Banyak orang memiliki niat, tetapi hingga akhir hayat tetap tinggal sebagai niat. Kendaraan untuk membawa niat menjadi kenyataan adalah kemauan. Bahkan, menurut banyak orang, kemauan sanggup mengalahkan kemampuan. Artinya, banyak orang yang mampu berbuat sesuatu tapi karena tidak memiliki kemauan, potensinya itu sia-sia belaka. Jadi, segera upayakan agar sang niat didorong oleh sang kemauan.

Keempat : Gagasan Walaupun gagasan penting, sebaiknya kita tidak terlalu bergantung kepadanya, dalam arti: ditunggu seperti kita mengharap wahyu. Gagasan bisa datang tiba-tiba seperti lampu menyala dalam pikiran kita. Itu mungkin disebut ilham. Tetapi, ketika kita melihat suatu peristiwa atau merasakan perasaan tertentu, entah gembira atau sedih, atau saat jatuh cinta; gagasan muncul dengan serta-merta. Namun demikian, gagasan kadang-kadang bisa dibentuk atau diciptakan. Bagaimana caranya? Berpikirlah! Jangan khawatir, itu nanti akan terpelajari dengan sendirinya melalui proses waktu.

Kelima : Tindakan Inilah yang disebut action. Untuk melakukan tindakan, setiap orang memang berbeda-beda caranya. Tetapi, menurut saya, jangan tergantung pada alat. Jika di depan anda sudah ada komputer, itu fasilitas terbaik saat ini. Ketik saja segera. Jika sedang berada di sekolah, tentu memiliki kertas dan pena. Lakukan awal tulisan anda di situ. Bukankah gagasan itu tak boleh lama-lama dipendam agar tak menguap hilang? Jika ternyata di tangan anda hanya ada handphone: ah, apa boleh buat! Ketik di layar hp, seolah akan mengirim sms kepada teman, lalu simpan. Soal keterbatasan jumlah halaman itu perlu disiasati dengan, misalnya, tulis judulnya dulu. Atau temanya. Atau pokok pikiran yang hendak diurai menjadi sejumlah besar kalimat. Yang paling penting: ide itu tak hilang!

Keenam : Pengembangan Setelah tiba di tempat yang memadai (di rumah, di perpustakaan, di mana pun yang menurut anda nyaman), kembangkan gagasan yang sudah ditulis secara ringkas menjadi paragraf dan seterusnya. Kembangkan potongan-potongan pokok pikiran yang tadi dicatat. Jangan pikirkan jumlah halaman. Mau pendek atau panjang, yang penting cerita atau karangan itu menjadi utuh. Nah, dalam pengembangan ini memang diperlukan kemampuan berbahasa, detail peristiwa, setting (waktu maupun tempat), karakter tokoh, dan logika fiksi.

Ketujuh : Referensi Untuk memperkaya pengembangan, boleh jadi diperlukan referensi. Jika cerita sejarah, tentu wajib melihat catatan fakta. Jika ingin menampilkan tokoh dengan profesi tertentu, carilah pengetahuan tentang profesi itu. Sekadar untuk menghidupkan cerita, bayangkan karakter atau perilaku kawan-kawan di sekitar anda.

Kedelapan : Ending Ada banyak pengarang yang selalu menemui kesulitan saat menggarap ending. Kesulitan bukan tabu. Tapi harus dicari jalan keluar. Banyak pilihan tentunya: ending tertutup atau terbuka? Happy ending atau sad ending? Putuskan saja. Lambat-laun, dari satu ke cerita berikutnya, akan semakin terampil membuat akhir kisah.

Kesembilan : Umumkan Sebuah tulisan atau karangan tidak akan diakui sebagai sebuah karya jika hanya menghuni laci anda. Segera umumkan. Caranya banyak. Print dan berikan kepada kawan-kawan agar mereka bisa membaca. Kirim ke redaksi majalah dinding sebagai bentuk latihan publisitas. Kirim ke media massa agar mendapatkan penilai yang lebih baik. Atau, jika masih ingin menutup diri, buat blogger di dunia maya (internet). Para penggemar internet akan membaca karya anda tanpa harus tahu identitas anda sebenarnya. Bukankah sudah selesai?

Adrakadabra : dan kini anda telah menjadi penulis! Hal-hal berikutnya, yang menyangkut kualitas baik dan buruk, itu memerlukan proses pembelajaran. Bacalah banyak buku tentang cara menulis. Banyak pengarang senior menjadi tempat bertanya. Banyak pelatihan yang akan mengasah kepekaan anda terhadap ide cerita dan bahasa. Ikuti diskusi sastra agar wawasan semakin terbuka. Kalau teman kita bisa menjadi penulis, kenapa kita tidak? Insya Allah. Selamat menulis!

sumber : UBB

Bagaimanakah Teknik Menulis Untuk Media Massa

oleh Firman Firdaus

Semua orang bisa menulis
Kecuali yang sama sekali tidak beroleh pendidikan formal atau nonformal. Masalahnya, di mana dan untuk apa dia menulis?

Media massa (koran, majalah, tabloid) menyediakan begitu banyak ruang bagi para (calon) penulis umum, di luar rubrik yang biasa diisi para wartawan media bersangkutan. Setidaknya ada dua rubrik yang bisa dimanfaatkan: opini dan surat pembaca. Seiring perkembangan teknologi, tulisan melalui pesan pendek (SMS) pun kini bisa dimuat di surat kabar.

Tapi, menulis di media massa itu banyak aturan. Pasti. Aturan pertama, biasanya media hanya menerima tulisan yang sesuai dengan visi, misi, dan karakter media mereka. Koran politik akan sangat terbuka dengan tulisan-tulisan politik, meski tetap menerima jenis tulisan lain untuk rubrik tertentu seperti cerpen, puisi, tema-tema pendidikan dan humaniora, dan lain-lain.

Kedua, penggunaan bahasa yang sopan (kecuali di media-media "esek-esek", yang tidak akan saya bahas di sini). Sedikit penguasaan bahasa beserta ejaan yang disempurnakan mau-tak mau menjadi prasyarat bagi calon penulis.

Ketiga, tema yang spesifik dan aktual. Koran harian mengharamkan tema-tema yang basi. Tema besar yang menyedot perhatian banyak orang memang akan bertahan lama, tapi ketika ada peristiwa lain yang lebih "besar", topik yang lama tadi masuk kategori basi.

Keempat, ide tulisan harus asli (orisinal), bukan jiplakan. Inilah yang dianggap paling sulit dilakukan oleh para penulis, karena menurut mereka untuk menghasilkan ide yang orisinal setidaknya dibutuhkan "kepakaran" di bidang tertentu yang menjadi objek tulisannya.

Tapi, benarkah demikian? Belum tentu.

Seperti sudah disebutkan, setiap orang bisa menulis. Dan untuk bisa menulis di media massa ada tip dan trik yang harus dilakukan.

LATIHAN. Itu kata sakti jika kita ingin memiliki kemampuan dalam segala hal. Tanpa latihan, apa yang ingin kita lakukan tidak akan mencapai "kesempurnaan". Pula dalam menulis. Kita sering mendengar ucapan: "satu-satunya cara menjadi penulis adalah "menulis".

Latihan menulis tidak perlu terlalu dipikirkan bagaimana caranya. Mulailah dari buku harian. Ya buku harian. Atau, jika Anda blog literate, media blog merupakan jalan paling mudah dewasa ini untuk berlatih menulis. Dengan adanya forum komentar, tulisan kita bisa dinilai oleh semua orang. "Ah, saya takut ntar dikritik."

Jangan takut kritik. Anggap saja konsultasi gratis. Tokh, tujuan kita memang belajar.

Buku harian, yang sifatnya personal, jangan diremehkan. Buku Pergolakan Pemikiran Islam oleh Ahmad Wahib juga berangkat dari buku harian. Belum lagi Catatan Harian Seorang Demonstran oleh Soe Hok Gie.

Latihan menulis secara personal pada dasarnya merupakan usaha mengasah kepekaan kita. Kepekaan adalah modal penting seorang penulis. Kepekaan menuntun kita untuk berbuat, beropini, menentang, dan merespons segala yang terjadi di sekitar kita. Kepekaan juga mengantarkan kita pada ide-ide.

Jadi, mulailah latihan dari sekarang.

Mengasah kepekaan

PADA bahasan sebelumnya, kita mulai berlatih menulis secara personal sebagai cara mengasah kepekaan. Sebenarnya ada banyak cara lain untuk mengasah kepekaan.

Membaca, tentu saja. Membaca buku, baik fiksi maupun nonfiksi. Artikel opini di media massa, cerpen, atau novel. Selain untuk mempertajam intuisi, membaca juga merupakan jalan untuk menambah wawasan dan referensi. Siapa tahu berguna untuk tulisan kita nantinya.

Nonton berita di tivi, acara-acara lainnya, bahkan termasuk infotainmen juga bisa menjadi lahan untuk mengasah kepekaan kita terhadap suatu hal. Pengamat media massa seperti Veven Sp Wardhana mesti nonton satu-dua sinetron (meski tidak harus mengikuti sampai tuntas) untuk bisa membuat tulisan kritis tentang hal tersebut.

Ngobrol, diskusi juga bisa mengasah pisau analisis kita sekaligus memperluas cakrawala dan jaringan sosial. Jangan lupakan blog juga.

Dengan adanya masukan-masukan dari bahan bacaan, tontonan, obrolan, maka akan timbul ide, sangsi, debat, pertanyaan-pertanyaan, yang bisa mengarah untuk munculnya inspirasi dan ide.

17 pantangan dalam menulis opini ke Kompas

Wartawan Kompas Pepih Nugraha di blognya "membocorkan" 17 penyebab sebuah artikel ditolak oleh Desk Opini Kompas. Mereka adalah:

1. Topik atau tema kurang aktual
2. Argumen dan pandangan bukan hal baru
3. Cara penyajian berkepanjangan
4. Cakupan terlalu mikro atau lokal
5. Pengungkapan dan redaksional kurang mendukung
6. Konteks kurang jelas
7. Bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang populer
8. Uraian Terlalu sumir
9. Gaya tulisan pidato/makalah/kuliah
10. Sumber kutipan kurang jelas
11. Terlalu banyak kutipan
12. Diskusi kurang berimbang
13. Alur uraian tidak runut
14. Uraian tidak membuka pencerahan baru
15. Uraian ditujukan kepada orang
16. Uraian terlalu datar
17. Alinea pengetikan panjang-panjang


Sepuluh Cara Menemukan Kembali Jurnalisme

Howard Owens dari GateHouse Media punya sepuluh cara bagi wartawan "menemukan kembali" jurnalisme. Berikut ini terjemahan dari artikelnya yang berjudul "Ten things journalists can do to reinvent journalism".
  • Berhenti menulis untuk halaman depan. Terlalu banyak wartawan dan saya dulu juga begini sebagai reporter berpikir bahwa halaman depan adalah satu-satunya pembuktian kuat mereka sebagai wartawan. Pada web, tentu saja, tidak ada halaman depan hanya stempel waktu. Lebih baik menulis cerita yang benar ketimbang cemas di mana editor akan memuat cerita kita di edisi cetak.

  • Berhenti memperlakukan jurnalisme seperti sebuah persaingan. Memang menyenangkan mengalahkan media lain, tapi itu tidak boleh jadi satu-satunya alasan mendapatkan cerita. Menginginkan setiap cerita supaya terbit lebih dulu dari pesaing akan berujung pada kesalahan, baik dalam pelaporan maupun proses berpikir bagaimana menangani cerita itu. Nilai ekonomi dari mengalahkan pesaing pada hari-hari ini bisa dibilang nol. Nilai sebagai sumber arus informasi yang terpercaya dalam jangka waktu lama adalah signifikan. Ini bukan sebuah poin yang bertentangan, kalau dipikir-pikir.

  • Berhenti mengirimkan cerita anda ke perlombaan penulisan/pelaporan. Ini hanya akan mendorong anda menulis demi wartawan lain, bukan demi pembaca anda.

  • Simak pembaca anda lebih baik lagi. Hargai setiap pujian kecil yang tulus. Jika itu berupa sebuah surat atau kartu pos, tempelkan di papan buletin anda; jika itu berupa email, cetaklah dan tempel juga di situ. Jadikan pujian tulus pembaca sebagai tujuan sehari-hari. Berhenti memandang sebelah mata kritikan yang mengeluh tentang setiap hal yang dilakukan koran anda.

  • Masukkan lebih banyak orang dalam cerita anda dan lebih sedikit gelar. Saya akan mengarang sebuah aturan khusus ini, tetapi untuk setiap judul, anda harus mengutip dua orang yang tak punya gelar. Jadi, jika anda meliput dewan kota dan mengutip walikota dan anggota dewan, anda perlu juga memasukkan empat orang tanpa gelar. Orang biasa yang nyata. Berikan tekanan pada dampak yang dirasakan orang biasa, bukan hanya apa yang dikatakan orang tentang sebuah isu atau kejadian. Coba lihat berapa banyak cerita tentang dewan kota yang anda bisa tulis dalam sebulan tanpa sekalipun menyebut pejabat terpilih/yang ditunjuk.

  • Jangan meliput proses. Liputlah cerita sebenarnya. Cerita sebenarnya memuat orang biasa, dengan hal-hal nyata yang hendak dikatakan, tentang hal nyata yang mempengaruhi kehidupan mereka.

  • Kuasai subjek yang anda liput. Anda harus lebih paham liputan anda dari semua sumber. Ini akan menolong anda menghindari "konon katanya". Membuat anda lebih mampu menulis cerita yang dalam, dan memberi anda keyakinan untuk menambah perspektif. Anda juga akan bisa menggali lebih banyak cerita yang lebih baik lagi.

  • Lupakan anggapan-palsu objektivitas. Sebaliknya, berusahalah adil, jujur, tak berpihak, dan akurat.

  • Jadilah akurat. Selalu. Menjadi akurat bukanlah sekedar mendapatkan fakta yang benar. Dia membimbing pendekatan anda sepenuhnya terhadap sebuah cerita. Sebagian dari menjadi akurat artinya anda tidak pernah membesar-besarkan. Tidak pernah. Anda takkan pernah menggoreng konflik hanya supaya cerita halaman satu yang lebih keren. Anda takkan pernah memotong kutipan supaya jadi lebih dramatis, atau mengutak-atiknya demi menekankan sebuah hal.

  • Liputlah masyarakat anda layaknya kampung halaman anda dan semoga saja iya libatkan diri anda dalam masyarakat dan pedulikan orang-orangnya. Meski kenyataan bisa saja mengganggu, dan anda bisa saja harus pindah suatu hari nanti, setidaknya ketika anda sedang meliput sekelompok masyarakat, bangunlah pemikiran bahwa anda akan tinggal selamanya meliput kota ini, atau topik ini.
Sumber : http://www.ubb.ac.id

Tips Menjadi Jurnalis Online Sejati

Iksander (Staf UBB)


Banyak orang bilang ini zaman semua warga masyarakat bisa menjadi produsen informasi. Sebab zaman kini adalah masanya teknologi komunikasi berkembang dengan pesat dengan membawa perubahan-perubahan sosial. Termasuk cara orang berkomunikasi, bagaimana mengirimkan pesan ke orang lain.

Orang kini tak perlu lagi menunggu pagi tiba, untuk dapat berita kemarin. Atau menunggu pada jam-jam tertentu untuk dapat berita terbaru. Update berita dapat dengan mudah didapat dalam hitungan detik.

Itu karena, computer dan internet memainkan perannya. Meluaskan indera manusia hingga tanpa batas. Komputer terhubung dengan internet memungkinkan anda melihat kondisi politik Suriah dalam hitungan detik. Atau melihat tayangan langsung acara bola secara real time melalui situs televisi gratis internet.

Kini, meski bukan seorang wartawan konvensional yang jelas bekerja dibawah naungan institusi pers, kita dapat menjadi seorang wartawan juga. Teknologi komunikasi memungkinkan kita sekali lagi menjadi produsen informasi.

Media sosial dan jejaring sosial bermunculan menawarkan sejumlah keistimewaan bagi person per person. Anda tak lagi dibatasi wilayah atau waktu. Ruang dan waktu bukan pembatas namun seolah tiada batas. Implikasi ideologisnya anda bisa menjadi egaliter dan liberal sekaligus.

Dari blog, kita menjadi pemberi informasi. Ragam informasi bermunculan dalam ragam blog yang jumlahnya jutaan. Dari situs facebook dan twitter, kita menjadi pemberi sekaligus penerima pesan singkat. Konsep interaktif dan feedback arus cepat jadi indikator utama. Pesan pun tak kaku dan kerap berubah persepsi.

Kita kini memang telah masuk dalam zaman informasi. Bukan lagi industri, namun manusia informasi. Siapa yang tanggap dan cekatan dalam kemampuan informasi, dialah yang punya kesempatan untuk maju pesat.

Implikasi negatifnya tentu tak bisa diabaikan. Problem sosial semacam penipuan, fake dokumen, miss leading informasi semakin menjadi-jadi. Ribuan informasi tersebar di internet tak mesti pula ditelan mentah-mentah. Ada filterisasi, ada seleksi. Ada pula keharusan triangulasi. Guna mencari kebenaran.

Setiap orang adalah produsen informasi, ibaratnya buah simalakama pula. Ada orang yang memang benar-benar mendedikasikan karyanya untuk informasi yang sehat dicapai dengan pola yang sistematis dan benar. Juga yang tak kalah pentingnya orisinalitas.

Ada pula, mereka yang golongan tak ingin susah-susah. Golongan ini adalah tipe klicker, bloking, copy lalu paste informasi. Mengkopi informasi dari beragam sumber. Lalu menggandakannya sebagai tulisan baru atau tulisan dengan link lengkap.

Saya secara khusus, sangat menyayangkan golongan terakhir ini. Ada beberapa hal yang menyebabkan kesedihan ini. Sekaligus apa yang semestinya dilakukan jika kita ingin menjadi jurnalis online beneran?.

Pertama, budaya copy paste (copas) pada dasarnya adalah menodai prinsip produsen informasi itu sendiri. Produsen informasi tak jauh beda dengan jurnalis yang memang berkutat pada kegiatan mencari dan mengola berita. Membuat sesuatu informasi baru. Kata kuncinya budaya copas kontras dengan prinsip orisinalitas yang memang hakiki. Orisinalitas adalah indikator utama kerja produsen informasi.

Kedua, prinsip content is the king adalah benar adanya. Ia bukan semata aksesoris semacam jam digital, atau variasi font dalam sebuah blog atau website. Buatlah yang benar-benar bagus dan itu memang hasil dari anda sendiri. Ia murni tulisan anda.

Ketiga, prinsip menyajikan kebenaran pada khalayak adalah kepastian. Bayangkan bila sumber informasi anda gandakan saja lalu masukan dalam sebuah postingan baru. Tanpa ada riset mendalam dan uji informasi. Kemudian di belakang hari, informasi tersebut tidak benar. Bayangkan akibat dari kesalahan yang kita buat.

Terakhir, jika pun kita masih menghargai sumber tulisan dengan mencantumkan nama penulis. Tetap saja, kita tak boleh berlaku semena-mena dengan menggadakan muatan konten hingga seratus persen. Bukankah prinsip gandakan tulisan cuma pada beberapa paragraph saja dari sumber tulisan. Selebihnya, adalah kreatifitas dan penalaran sendiri.

Meskipun nantinya bertahan dengan prinsip itu, menggandakan seratus persen dan memberi atribusi penulis asli, tetap saja harus menampilkan link aktif. Ketika pembaca mengklik link itu ia akan diarahkan pada sumber aslinya. Link aktif perlu dan sangat disarankan sebagai cara terakhir bagi anda produsen informasi yang memang baru belajar.

Hakikatnya, perkembangan teknologi komunikasi tak serta merta merubah prinsip dan kaidah mencari informasi. Varian media boleh berbeda dan beragam. Namun, cara dan pola jurnalistik tetaplah berlaku.

Bagi kita yang awam mengenai kata jurnalistik, ada baiknya memulainya dengan menulislah secara orisinal dulu. Kurangi budaya copas. Selanjutnya, lambat laun anda akan menjelajahi dunia ini setapak demi setapak. (Iksander)
 
Sumber : UBB