By Thomas R Friedmann
Dalam perjalanan jurnalistiknya ke perusahaan Infosys di
India, Thomas L. Friedman dikejutkan oleh perubahan global yang menurutnya luar
biasa. Sesuai dengan yang dilihatnya di India, dunia begitu kecil karena telah
terhubung dengan teknologi serat fiber dan internet yang memungkinkan
komunikasi global secara cepat dan murah.
Persaingan dalam dunia global telah mengalami sebuah perubahan yang
fundamental. Menurutnya, lapangan permainan ekonomi dunia telah berkembang dan
meningkat. Apa yang disebut para ekonom tentang barierrs to entry telah musnah.
Dan saat ini setiap individu atau perusahaan-perusahaan, negara-negara bisa
berkolaborasi atau pun berkompetisi secara global.Saat ini, menurut Friedman,
telah terjadi globalisasi gelombang ketiga (Globalization 3.0). Globalisasi
gelombang pertama (Globalization 1.0) terjadi mulai tahun 1492, ketika Columbus
memulai pelayarannya keliling dunia, hingga tahun 1800. Globalisasi ini
ditengarai dengan penjelajahan dan penguasaan negara-negara di dunia, serta
munculnya negara bangsa.Gelombang kedua globalisasi (Globalization 2.0)
diperankan secara dramatis oleh perusahaan multinasional yang melakukan
integrasi-integrasi bisnis secara global. Gelombang kedua ini terjadi pada
1800, ditandai dengan Revolusi Industri hingga tahun 2000.Kini dalam
globalisasi gelombang ketiga, kekuatan dinamisnya ialah individu-individu yang
secara kasat mata telah mengglobal. Globalisasi tidak lagi didorong oleh mesin,
hardware, tetapi oleh software dan jaringan serat optik yang menghubungkan
semua manusia di dunia ini.
Jika dua gelombang globalisasi sebelumnya
didominasi oleh orang-orang Eropa dan Amerika, kini globalisasi melibatkan
seluruh umat manusia dari bangsa, negara, dan ras manapun.Secara khusus,
Friedman mencermati fenomena ekonomi yang luar biasa. Yakni proses outsourcing perusahaan-perusahaan
dan jasa-jasa ekonomi Amerika beserta pekerjaan-pekerjaan teknologi
informasinya ke India dan China. Sebagai contoh perusahaan akuntan di India
mengerjakan pajak penghasilan dari 400 ribu warga Amerika. Dan banyak rumah
sakit-rumah sakit kecil di Amerika yang menyerahkan pekerjaan membaca hasil
scan CAT kepada radiologis di India dan Australia atau biasa disebut sebagai
“Nighthawks”.
Saat ini telah terjadi perubahan mendasar pada proses supply
chain secara global. Kebutuhan akan pasokan sumber daya (resources) dalam
mencapai keunggulan kompetitif bisa didapatkan dari segala penjuru dunia.Secara
lebih jelas, Friedman menjelaskan 10 kekuatan yang telah merubah wajah global
menjadi datar. Pertama, runtuhnya tembok Berlin di Jerman pada 9 November 1989
yang menandai robohnya sekat-sekat ideologi global. Kedua, peristiwa go public
dari Netscape (era internet). Ketiga, software aliran kerja global, keempat,
open sourcing dan outsourcing sebagai kekuatan kelima. Sedangkan kekuatan
keenam ialah operasi global (offshoring). Ketujuh, global supply chain.
Kekuatan kedelapan, berupa insourcing(global logistic). Kesembilan, informing
(masyarakat yang tercerahkan dengan informasi). Dan, kesepuluh, steroids
(berupa faktor digital, mobile, visual, and personal ) yang mempercepat
terjadinya dunia yang datar, sebuah dunia yang interconnected.
The Ten Forces that Flattened The World
•Flattener # 1 . Runtuhnya Tembok Berlin 9 November
1989.
Ini merupakan kemenangan kapitalisme terhadap komunisme.
Arah dunia menjadi terfokus pada advokasi demokrasi, konsensus, pemerintah yang
orientasi kepada pasar bebas jauh dari sistem otoriter dan ekonomi yang
terpusat. Dampaknya pada dunia bisnis,
terjadinya liberalisasi perdagangan dan persaingan yang berdasarkan pada mekanisme
pasar. Peranan pemerintah Indonesia yang dulu sangat besar untuk menghantarkan
sukses sebuah perusahaan, kini digeser ke arah kesuksesan menaklukkan pasar
bebas. Yang berarti pemenuhan demand dari customer melalui produk dan layanan
yang berkualitas tinggi.
Flattener # 2. Peristiwa Go Public Perusahaan Netscape 9
Agustus 1995
Peristiwa tersebut merupkan tonggak revolusi dalam
jaringan antar komputer. Ini merupakan era di mana peran internet yang
menghubungkan komputer (PC) di seluruh dunia menjadi nyata. Netscape
menyediakan software untuk surfing ke dunia maya, sekaligus menjadikan internet
sebuah kenyataan dan mudah diakses oleh siapapun.Internet pun menjadi booming.
Di Indonesia hal ini memunculkan era digitalisasi informasi. Dokumen-dokumen, data,
pesan, buku, musik dirubah menjadi data digital agar dapat dipertukarkan
melalui internet. Dunia usaha yang dahulu menggunakan pengiriman data dan
informasi scara manual, kini dihadapkan pada kecepatan yang hampir tanpa batas
untuk bertukar informasi. Siapa yang mampu menguasai, akan memenangkan
persaingan.
•Flattener # 3.Work Flow Software.
Faktor ini merupakan fenomena kemunculan software-software
aplikasi yang memungkinkan sebuah kerja dikerjakan bersama oleh orang-orang di
berbagai belahan dunia melalui internet. Internet tidak lagi hanya digunakan
untuk mengirim e-mail, browsing, mendengarkan musik, dan mengirim gambar saja.
Tetapi lebih jauh digunakan secara produktif, untuk membentuk sesuatu,
menciptakan, menjual dan membeli sesuatu, tracking inventory dari seluruh
penjuru dunia.Konsekuensinya, intrenet menjadi key enabler dalam bisnis. Secara
kasat mata, integrasi platform dengan internet ini kemudian memicu munculnya
bisnis dotcom, e-commerce dan praktek-praktek bisnis yang memakai internet sebagai
alat utama. Misalnya, untuk kepentingan marketing, transaksi, dan procurement
(pengadaan barang dan jasa). Di Indonesia sendiri bisnis dotcom kemudian juga
bermunculan, meski tidak terlalu populer seperti di Amerika. Namun dunia bisnis
sudah melirik peluang usaha yang kian terbuka dengan adanya internet.
•Flattener # 4. Open-Sourcing.
Flattener ke empat sampai kesepuluh merupakan model
kolaborasi baru berdasarkan platform internet yang telah ada. Orang-orang,
organisasi-organisasi dan perusahaan-perusahaan dari seluruh penjuru dunia
dapat berkolaborasi dan sharing untuk berbagai tujuan, Bisnis, ilmu
pengetahuan, teknologi, kepentingan politik dan sebagainya. Hal ini
dimungkinkan adanya software-software yang bisa diunduh (down load) oleh siapa
pun secara gratis di internet. PC di kantor atau di rumah bisa terhubung dengan
web site-web site pada World Wide Web. World Wide Web.Dampaknya, bisnis menjadi
semakin dinamis. Kerja tidak harus dilakukan di kantor atau di ruangan yang
luas. Tapi bisa dikerjakan melalui PC atau laptop dimana pun, dari mana pun dan
kapan pun asalkan semua terhubung melalui internet. Bisnis menjadi semakin
efisien dan efektif, karena biaya-biaya tempat, transportasi dan komunikasi
dapat ditekan seminimal mungkin melalui kolaborasi kerja di internet.
Kantor-kantor berbentuk fisik, kini berubah menjadi virtual office di dunia
maya yang dapat diakses dari sebuah komputer yang telah terkoneksi dengan
internet.
•Flattener # 5. Outsourcing.
Era internet dan digital memungkinkan sebagian pekerjaan
dari kita atau perusahaan kita untuk dikerjakan oleh orang lain atau perusahaan
lain dari seluruh dunia. Contohnya seperti perusahaan-perusahaan akuntan India
yang mengerjakan 400 ribu pajak penghasilan warga Amerika. Atau pemindahan call
center perusahaan-perusahan Amerika dan Eropa ke India. Hal tersebut demi
efisiensi biaya. Menjalankan sebagian fungsi-fungsi perusahaan dengan biaya
yang lebih rendah. Dan dunia yang telah terkoneksi memungkinkan itu
terjadi.Dunia bisnis di Indonesia pun semakin mengalami persaingan dalam hal
biaya ketika bersaing dengan perusahaan-persahaan transnasional dari Amerika
dan Eropa. Sementara karena keberadaan infrastruktur yang kurang bagus, dan
kendala bahasa serta rendahnya kualitas SDM, sedikit yang melirik Indonesia
untuk dijadikan tujuan outsourcing. India,
Singapura dan Malaysia lebih menjadi tujuan.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak banyak merasakan limpahan
pekerjaan-pekerjaan itu.
•Flattener # 6. Offshoring.
Cina merupakan contoh negara yang menjadi tujuan utama
offshoring. Banyak sekali perusahaan Amerika dan Eropa yang memindahkan operasi
globalnya ke Cina. Tentu saja dengan alasan upah tenaga kerja yang lebih
rendah, pajak rendah, infrastruktur yang bagus dan aturan-aturan investasi yang
menarik. Dari Cina ini kemudian, produk barang dan jasa dikirimkan ke seluruh
penjuru dunia termasuk ke Amerika dan Eropa sendiri.Maka, barang-baranag mulai
tekstil, elektronik, furnitur, kaca mata, sepeda, serta otomotif dari Cina yang
amat murah dan berkualitas tinggi menyerbu pasar dunia. Tanpa disadari industri
dalam negeri Indonesia morat-marit terkena imbas membanjirnya barang produksi
Cina yang tidak bisa disaingi oleh industri domestik. Perusahaan-perusahaan
berguguran, karena digempur barang-barang murah tersebut. Mereka yang ingin
bertahan harus berupaya mati-matian menekan biaya untuk bisa bersaing dengan
produk-produk Cina. Sehingga pemerintah dan kalangan industri di Indonesia
perlu merevisi berbagai kebijakan dan cara bisnis agar dapat bersaingan secara global.
Atau setidaknya ikut menjadi tujuan offshoring global untuk menggerakkan
ekonomi nasional.
•Flattener # 7. Supply-Chaining.
Internet sekali lagi menjadi platform yang memungkinkan
kolaborasi secara horisontal antara berbagai pihak. Dalam supply chain, terjadi
kolaborasi horisontal antara suplier, produsen, retailer, dan konsumen untuk
menciptakan value. Proses produksi dan distribusi barang dan jasa mengalami
perubahan drastis, dengan adanya saling keterhubungan tersebut. Dan semua pihak
mendapatkan keuntungan.Integrasi suplier, produsen, retailer dan konsumen
menjadikan produk barang dan jasa semakin murah namun tetap berkualitas tinggi.
Perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan manajemen supply chain secara baik,
akan banyak ditinggalkan oleh konsumen maupun supliernya. Karena bargaining
position berbagai pihak tersebut menjadi sama, dan semua menginginkan yang
terbaik (highest value). Sehingga perbaikan rantai nilai (value chain) menjadi
faktor penentu sukses usaha.
•Flattener # 8. Insourcing (Global Logistics).
Interkoneksi dunia memungkinkan terjadinya global logistik.
Artinya, perusahaan di mana pun di seluruh penjuru dunia bisa mendapatkan
sumber daya apa pun dan dari mana pun dengan biaya yang murah. Bantuan
perusahaan delivery seperti FedEx dan UPS yang beroperasi secara global seprti
saat ini.
•Flattener # 9. In-Forming.
Keberadaan mesin-mesin pencari (search engine) semacam,
Google, MSN, Yahoo!, membuat masyarakat dunia semakin tercerahkan dengan
berbagai macam informasi. Melalui internet, konsumen, produsen, suplier menjadi
semakin terdidik karena bisa mengakses informasi apa pun via internet. Harga
barang, aturan-aturan pajak, hukum, keadaan sosial politik dan ekonomi dari
negara-negara di seluruh penjuru dunia tersaji secara lengkap dan bisa diakses
oleh individu, kelompok masyarakat, organisasi dan
perusahaan-perusahaan.Informing memungkinkan, tiap individu terintergrasi dalam
proses supply chain informasi, pengetahuan dan hiburan. Individu dan komunitas
masyarakat menjadi well-informed. Sulit sekarang untuk membohongi, bersikap
tidak jujur atau berlaku tidak transparan. Semua informasi dan pengetahuan bisa
dicari melalui internet.Maka dalam dunia bisnis, perusahaan tidak lagi bisa
mendominasi suplier dan konsumennya. Informasi-informasi yang semula hanya
dikuasai oleh para pengusaha, kini bisa diakses oleh siapa pun dan dimana pun.
Tak ada cara lain untuk sukses dalam bisnis ini selain berkolaborasi baik
dengan pemasok maupun konsumennya.
•Flattener # 10. The Steroids. Digital, Mobile, Personal,
and Virtual.
Faktor perkembangan teknologi (digital, mobile, personal dan
virtual) ini seperti “steroid” yang mememungkinkan faktor-faktor flattener lain
menjadi lebih dahsyat dan cepat perkembangannya. Outsourcing, offshoring, open-sourcing,
supply-chaining, insourcing dan in-forming semakin menguatkan peranannya
melalui dukungan teknologi-teknologi tersebut.Maka industri dan dunia bisnis,
terutama dengan knowledge content yang tinggi harus beradaptasi dengan
perubahan dan perkembangan teknologi tersebut. Kini banyak praktek bisnis yang
muncul menggunakan perkembangan teknologi tersebut. Misalnya, mobile banking,
internet banking, sms banking, e-procurement, call centre, serta komunikasi 3G
yang mengantisipasi keperluan digital, mobile, personal dan virtual dari tiap
individu dan perusahaan-perusaan.Tanpa adaptasi tesebut, bisa dipastikan para
penyedia jasa dan produsen produk akan ketinggalan dan kalah dalam kompetisi
global.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar