Public Relations adalah sebuah fungsi manajemen, yang dijelaskan lebih lanjut oleh Cutlip, Center and Brown dalam Soemirat dan Ardianto (2007:14) "Public relations is the distinctive management function which help establish and mutual lines of communications, understanding, acceptance and cooperation between on organization and its public." Dengan kata lain, public relations menjadi fungsi yang penting dalam perusahaan karena dengan adanya public relations, komunikasi antara perusahaan dengan publiknya dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, Peran public relations sangatlah penting di dalam sebuah organisasi.
Sebenarnya, sejak kapan ada public relations???
Berikut sejarahnya:
Sejarah Public Relations sebenarnya dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan urutan waktunya, yaitu:
1. Tahap Retorika dan Press Agentry
Tahap retorika ini dimulai pada tahun 27 hingga 346 SM di Yunani. Pada saat itu, kemampuan mempersuasi rakyat untuk membentuk opini publik sangat diperlukan, karena sistem pemerintahan yang dijalankan menganut sistem pemerintahan referendum, dimana seluruh rakyat terlibat langsung dalam menentuka kebijakan yang layak untuk dijalankan dalam masyarakat. Oleh karena itu, para tokoh pemerintahan harus memiliki kemampuan ini untuk mendapatkan simpati rakyat. Tokoh utama dalam tahap ini adalah Gorgias Leontinium dari Sisilia. Dialah yang memulai menggunakan teknik persuasi melalui pidato. Melalui metode ini pula, pemerintah mulai belajar menyebarkan propagandanya. Sejak itu, teknik persuasi ini digunakan tidak hanya di Yunani, tetapi juga di India, Mesopotamia, dan Roma.
Setelah bertahun - tahun digunakan, teknik ini mengalami perkembangan tidak hanya metodenya, tetapi juga penyebarannya di seluruh dunia. Pada pertengahan abad 19, teknik mempersuasi publik mulai berkembang menjadi tahap press agentry. Tahap ini adalah tahap dimana PR tidak hanya difungsikan sebagai pembentuk opini publik melalui pidato, tetapi juga difungsikan sebagai 'wartawan', yang bertugas untuk mencari berita yang sensasional untuk menarik perhatian. Namun pada saat inilah, terjadi kesalahfungsian PR. Demi memberikan berita yang menarik perhatian publik, PR selalu berusaha membuat berita yang tidak berfakta.
2. Tahap Jurnalistik dan Publisitas
Pada awal 1900'an, PR diperhadapkan dengan penyalahgunaan fungsinya. Aktivitas yang dilakukan tidak sesuai dengan tanggung jawab sosial yang diembannya, memberikan informasi yang sebenarnya pada publik. Di tahap ini, muncul seorang tokoh yang menentang aktivitas pembohongan publik, yaitu Ivy Ledbetter Lee. Lee dikenal hingga saat ini sebagai bapak PR. Lee berpendapat bahwa PR harus mengedepankan kepentingan publik. Oleh karena PR memiliki tanggung jawab sosial pada publiknya, PR harus jujur dan sesuai fakta dalam pemberitaan dan aktivitas yang dilakukannya. Pendapat Lee ini sangat ditentang oleh organisasinya yang lebih suka bekerja dalam kebohongan untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Lee mati tidak terhormat, karena kebijakan PR organisasinya. Lee berusaha mati -matian untuk mempertahankan pendapatnya, namun tidak didengarkan oleh organisasinya hingga ia meninggal karena terkena imbas perang dunia 2. Setelah kematiannya, pendapat Lee mulai dipraktikan dalam berbagai organisasi. Organisasi - organisasi mulai berusaha membuat agar kegiatan - kegiatannya dapat diliput oleh media massa, tanpa melakukan kebohongan. Tahap inilah yang disebut sebagai tahap publisitas.
3. Tahap Kampanye
Edward Bernays menjadi pelopor pemikiran tentang kampanye PR. Edward Bernays berpendapat bahwa untuk menarik simpati publik, PR harus mengerti tentang apa yang disukai oleh publik organisasinya. Bernays berpendapat bahwa "public relations is synonymous with propaganda." Kenyataan inilah yang melatarbelakangi Bernays memunculkan ide tentang kampanye PR sebagai bukti bahwa PR bukanlah penyebar propaganda, tetapi membina hubungan dengan publiknya.
4. Tahap Membangun Hubungan dan Komunikasi Dua Arah
Pada tahapan ini, PR mulai dianggap sebagai profesi. Tidak hanya sebagai alat propaganda atau jurnalis saja, tetapi juga berperan sebagai fungsi manajemen yang merencanakan seperangkat program untuk menarik simpati publik. Namun, itu tidaklah cukup. PR juga harus membina komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik. Publik dapat menyalurkan keinginan mereka kepada organisasi lalu organisasi memberikan feed back sebagai respon dari keinginan publik. Tahap ini dimulai pada tahun 1960-2000.
5. Tahap Dunia Tanpa Batas
Tahap ini yang sedang berjalan saat ini. Masyarakat mulai melek informasi. Informasi dapat dengan mudah didapatkan melalui media - media massa yang ada. Informasi dari seluruh dunia mulai dapat diakses dengan mudah melalui internet. Oleh karena itu, PR juga harus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat. PR mulai dituntut untuk melek teknologi dan mampu mengelola melalui internet. Informasi yang diberikan kepada publik menjadi semakin terspesialisasi menurut kepentingan setiap publik. Hingga saat ini, PR akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.
Sumber: Lattimore,et all. Public Relations: The Proffesion and The Practice. New York: Mc Graw Hill.
Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinardo.2007. Dasar - Dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar