- Judul Buku : Understanding Your Communication Styles
- Pengarang : Ponijan Liaw
- Tebal Buku : 117
- Tahun : 2005
Yang menarik dari komunikasi itu sendiri adalah keunikan dari karakter gaya komunikasi yang dimiliki setiap individu. Pentingnya kita untuk mengetahui dan mempelajari gaya komunikasi dari setiap karakter manusia adalah agar saat kita melakukan proses komunikasi, komunikasi tersebut berjalan dengan lancar, serta mencegah agar tidak terjadi miskomunikasi.
Pertama, empat kepribadian manusia (sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis). Keempat kepribadian tersebut mempunyai karakter masing-masing yang harus didekati dengan gaya komunikasi yang tepat agar komunikasi berhasil. Untuk orang sanguinis yang ceria, misalnya, pendekatan komunikasi yang harus dikedepankan bersifat terbuka, penuh semangat, kata-kata yang berbunga-bunga dan sejenisnya. Hasilnya akan berbeda bila diterapkan kepada mereka yang berkepribadian melankolis, yang cenderung diam dan penuh konsentrasi dalam pikiran. Lain pula bila diterapkan kepada mereka yang berkepribadian koleris, yang tegas dan langsung pada persoalan ketika berbicara. Dan, lain lagi hasilnya bila diterapkan kepada mereka yang cinta damai dan tenang, seperti plegmatis.
Kedua, karakter manusia juga sangat berbeda jika ditinjau dari sisi psikologis. Disini terdapat tipe-tipe orang, seperti extravert (terbuka), introvert (tertutup), intuitive (intuitif), feeling (perasa), judging (penilai). Setiap orang dengan tipe-tipe di atas memiliki karakter yang unik. Orang dengan karakter terbuka hanya akan dapat “ditaklukkan” dalam komunikasi bila kita berbicara secara terbuka, tidak ada yang ditutup-tutupi, semuanya transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Akan berbeda halnya bila berhadapan dengan mereka yang berkarakter tertutup, yang sangat menjaga asas kerahasiaan dan privasi. Bagi mereka yang berkarakter intuitif, yang lebih mengandalkan hal-hal yang tidak nyata dan hanya berdasarkan pada pandangan (intuisi), pembicaraan terbuka dan tertutup tidak akan dapat memenuhi standar mereka. Ada tipe intuitif, ada pula tipe perasa dan penilai. Kedua tipe terakhir ini tidak akan dapat menerima sebuah ungkapan, baik terbuka maupun tertutup, secara langsung pada saat mendengarkan. Mereka akan melakukan penilaian yang melibatkan perasaan. Mereka akan menyerap informasi dan ujaran dengan cara yang juga berbeda.
Ketiga, karakter manusia berdasarkan fungsi otak. Orang dengan fungsi otak kiri dominant akan berbeda gaya komunikasinya dibandingkan dengan mereka yang berfungsi otak kanan dominant. Orang dengan otak kiri dominant relative lebih serius, sistematis, dan metodologis. Sebaliknya, orang-orang dengan fungsi otak kanan dominant relative lebih terbuka, berorientasi pada garis besar dan santai. Dengan kedua orang tipe ini, gaya komunikasi kita harus disesuaikan.
Keempat, karakter manusia berdasarkan gender (jenis kelamin). Kaum laki-laki dan perempuan memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Kaum lelaki lebih cenderung berbicara secara monolitik dalam hal topic, sementara perempuan dapat melakukan pembicaraan multi topic. Hal ini terjadi karena wanita memiliki multi tracking brain, sementara pria harus cukup puas dengan mono tracking brain. Oleh karena perbedaan tersebut, pendekatan komunikasinya juga harus disesuaikan. Dengan wanita penjelasan berlapis dengan multi tema dapat dilakukan, namun tidak demikian bila pria yang menjadi lawan bicara kita.
Kelima, karakter manusia berdasarkan golongan darah. Ternyata golongan darah menentukan karakter manusia. Paling tidak, hal itu diyakini oleh sebagian besar orang Jepang. Golongan darah A, B, AB, dan O sangat unik dengan perbedaan yang ada. Orang dengan golongan darah A cenderung sangat hangat, tenang, hati-hati, bertanggung jawab, dan sebagainya. Berbeda dengan orang bergolongan darah B yang cenderung dingin dan sistematis dalam menghadapi sesuatu. Lain lagi dengan orang bergolongan darah AB yang mudah berubah-ubah; golongan darah ini kurang diminati di Jepang untuk diajak bekerja sama. Orang dengan golongan darah O mendominasi di Jepang. Mereka tidak banyak ambil pusing, penuh semangat, namun terkadang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Kepada orang-orang dengan golongan darah yang berbeda-beda dan memiliki karakter beragam tersebut, pendekatan komunikasi yang dilakukan pun berbeda.
Keenam, karakter berdasarkan sifat dasar manusia: agesif, pasif, dan asertif. Orang-orang agresif sangat berapi-api ketika mengemukakan pandangan. Sebaliknya, orang pasif relative lebih kalem ketika mengutarakan pendapat. Orang asertif adalah tipe diantara keduanya. Tipe ini lebih akomodatif, namun tegas. Terhadap sifat dasar manusia ini, gaya komunikasinya juga harus dapat mengikuti alur sifat yang ada. Kepada mereka yang agresif, imbangi pembicaraan dengan semangat “membara”. Kepada yang pasif, kita harus mengganti gaya kita ke suasana kalem dan tenang. Kepada orang asertif, pilih topic pembicaraan yang inklusif, bukan eksklusif.
Ketujuh, karakter manusia berdasarkan pola laku: doer (pelaku), influencer (pemberi pengaruh), dan connector (penghubung). Sesuai namanya, para pelaku akan lebih suka pada tindakan daripada kata-kata. Sementara itu, orang bertipe pemberi pengaruh akan mencoba mewarnai orang lain denga keyakinan yang dimiliki. Orang tipe penghubung cenderung menjadi juru damai yang intens. Ketiga pola laku tadi membuat kita harus membedakan gaya berkomunikasi. Untuk orang tipe pelaku, jika berbicara langsunglah pada permaslahan. Berbeda dengan orang bertipe pemberi pengaruh yang harus lebih didekati dengan cara menurut. Sementara untuk orang dengan tipe penghubung, hal-hal social kemasyarakatan harus lebih dikedepankan.
Kedelapan, karakter manusia berdasarkan ekspresi : expresser (pengungkap), driver (pendorong), dan analytical (analistis). Manusia memang unik dalam mengekspresikan diri mereka. Ada yang dengan gembira seperti para pengungkap, ada yang tegas, dan ada pula yang kritis menyikapi sesuatu. Kesemuanya itu mendapatkan porsi berbeda dalam kaitannya dengan komunikasi. Untuk orang bertipe pengungkap, bergembiralah dengan mereka. Untuk orang bertipe pendorong, ikutilah arahan mereka, dan utnuk orang bertipe analistis, berbicaralah secara teratur dan terukur.
Kesembilan, karakter manusia berdasarkan gerak: socializer (penggembira), thinker (pemikir), dan director (pengarah). Sesuai dengan atribut mereka, gaya komunikasi yang diterapkan jauh lebih mudah. Orang dengan tipe penggembira akan mudah dihadapi dengan sifat persahabatan yang hangatdan tanpa prasangka. Untuk tipe pemikir, gaya yang lebih tepat tentu lebih mengutamakan kerangka berpikir ilmiah dan rasional, dan untuk tipe pengarah lebih mudah jika didekati dengan gaya menuruti apa yang tengah disampaikan.
Terakhir, kesepuluh, adalah karakter manusia berdasarkan system representasional: visual (penglihatan), auditory (pendengaran), dan kinesthetic (gerakan). Ada orang-orang tertentu yang lebih terangsang pada saat mereka menerima informasi melalui matanya. Namun, aada juga yang lebih mengandalkan telinga, tidak jarang pula yang mengutamakan gerakan dan perasaan. Semua indra akan memberikan indicator kepada kita bagaimana seharusnya kita menghadapi seseorang saat berkomunikasi. Orang dengan tipe penglihatan akan lebih efektif bila diberi objek gambar, grafik, dan sejenisnya ketika kita berkomunikasi dengan mereka. Sementara utuk mereka yang mengutamakan pendengaran, yang perlu ditingkatkan adalah teknik suara. Untuk tipe gerak/perasaan, kata-kata bersifat psikologis yang menggugah seharusnya dikedepankan, ditambah gerakan emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar