Sabtu, 13 November 2010

CARA KERJA PERS : TEKNIK MENULIS EDITORIAL (1)

ISTILAH editorial   menurut bahasa
  1. A person responsible for the editorial aspects of publication; the person who determines the final content of a text (especially of a newspaper or magazine) 
  2. In computer science :  a program designed to perform such editorial functions as rearrangement or modification or deletion of data
  3. One who edits; esp., a person who prepares, superintends, revises, and corrects a book, magazine, or newspaper, etc., for publicatio
Dalam media komunikasi editor adalah orang yg mengedit naskah tulisan atau karangan yg akan diterbitkan dl majalah, surat kabar, dsb; penyunting; -- bahasa penyunting naskah yg akan diterbitkan dng memperhatikan ejaan, diksi, dan struktur kalimat; -- pengelola petugas yg bertanggung jawab atas penyampaian berita di televisi dan radio (pd surat kabar dan majalah disebut redaktur pelaksana); -- penyelia manajer penyunting yg bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas para penyunting secara tepat dan efisian sesuai dng yg telah ditentukan.

Jadi editorial sendiri adalah artikel yang mewakili opini atau sikap media terhadap sebuah isu. Editorial merefleksikan sikap mayoritas dari dewan redaksi. Penulis editorial mencoba membangun argumentasi dan mencoba mengajak pembaca berpikir seperti apa yang tengah dipikirkannya. Editorial dimaksudkan untuk mempengaruhi opini publik, menyodorkan pemikiran kritis, dan terkadang dapat untuk membuat pembaca mengambil sikap. Esensinya, editorial adalah berita yang dogmatis.

Sebuah editorial memiliki:
  1. Pendahuluan
  2. Penjelasan objektif tentang isu
  3. Sudut pandang yang tengah berkembang
  4. Opini dari sudut pandang yang berseberangan
  5. Opini penulis yang disampaikan dengan cara profesional
  6. Solusi alternatif dari masalah atau isu yang dikritisi. Setiap orang dapat mengeluhkan sebuah persoalan, namun sebuah editorial yang baik harus mengambil pendekatan yang proaktif untuk membuat situasi menjadi lebih baik dengan menggunakan kritik yang konstruktif dan memberi solusi
  7.  Sebuah solusi yang padat dan singkat mampu meringkas opini dari penulis
Tipe editorial:
  1. Memaparkan atau menginterpretasikan: Redaksi terkadang menggunakan editorial untuk menjelaskan alasan mengapa medianya mengangkat sebuah subjek yang sensitif atau kontrovesial.
  2. Mengkritik: Editorial semacam ini menyampaikan kritik secara konstruktif terhadap sebuah kebijakan, keputusan, atau keadaan, sembari memberikan solusi terhadap persoalan yang sudah diidentifikasi. Tujuan editorial semacam ini adalah agar pembaca dapat melihat persoalan, bukan solusinya.
  3. Mengajak: Editorial bertipe mengajak bertujuan untuk melihat solusi, bukan masalah. Dari paragraf pertama, pembaca akan didorong untuk turut memikirkan solusi yang positif.
  4. Pujian: Editorial semacam ini mengomentari orang dan lembaga atas sesuatu yang dilakukan dan memberikan hal yang baik. Editorial ini berbeda dengan tiga sebelumnya.
Menulis editorial:
  1. Ambil topik penting yang tengah menjadi perhatian publik
  2. Kumpulkan informasi dan fakta; lakukan riset
  3. Ungkapkan opini anda dengan singkat
  4. Uraikan persoalan/isu secara objektif, dan sampaikan alasan mengapa hal ini penting
  5.  Berikan sudut pandang yang berseberangan
  6.  Sangkal (bantah) sisi berseberangan itu dengan fakta, detail, angka, atau kutipan
  7. Berikan pula pengakuan (jika perlu) terhadap sikap yang berseberangan –karena, meski bertolak belakang dengan sikap kita, itu tentu juga memiliki argumentasi. Ini agar editorial yang kita buat menjadi rasional
  8. Ulangi kata-kata kunci untuk menguatkan ide ke pikiran pembaca
  9. Berikan solusi yang realistis terhadap persoalan
  10. Akhiri dengan “pukulan” yang mengulangi kata-kata pembuka
  11. Buatlah sebanyak 500 kata; Jangan pernah gunakan kata “Saya”

Contoh struktur editorial:
  1. Awali dengan penjelasan persoalan/isu/kontroversi
  2.  Hadirkan opini anda
  3. Sangkal opini yang berseberangan dengan anda
  4. Berikan alasan lain atau analogi
  5. Akhiri dengan “pukulan” yang menohok
Cara kerja para editor
Cara kerja pertama yang membutuhkan perhatian khusus yang menyangkut berbagai bahan yang dibutuhkannya. seorang redaksi majalah, misalnya harus menentukan salah dari sekian topik yang menarik sebagai sajian utama seeprti topik pekanan, topik rublik, feature, dll.

Hal berarti bahwa para editor harus memiliki suatu pola kerja yang jelas serta memastikan bahwa mereka selalu memperoleh pasokan materi yang memadai dari bulan kebulan. Para editor tidak boleh menunggu sesuatu menjadi basi bahkan untuk suatu berita yang masih berkembang, para editor harus menyajikan sesuatu yang aktual dan menarik mengenai berita tersebut, karena beritanya masih berkembang dan belum bisa dipastikan, misalnya musibah meletusnya gunung merapi yang super panjang, atau berita aktual kehadiran Obama ke Indonesia atau lolosnya Gayus yang sedang nonton pertandingan tennis dunia di Bali padahal dalam amsa tahanan POLRI..

Para editor juga harus mempertimbangkan berapa halaman dan kandungan beritanya sesuai dengan efisiensi biaya. ia harus mengatur penempatan artikel berita sedemikain rupa sehingga hemat dan masih bisa menyisakan kolom-kolm untuk iklan. Kemampuan editorial inipun harus dikuasai para praktisi public relations, mereka juga harus memahami dan mengenali berbagai macam tekanan dan hambatan yang seringkali dihadapi para editor.

Berikut ini beberapa metode pengumpulan berita, kolom iklan, gambar-gambar dan berbagai macam materi editorial lainnya yang sudah sering dipraktikan. Disini titik beratnya diletakan pada fungsi-fungsi atau orang yang menjalankan peranannya.

Reporter.
Mereka dalah para jurnalis yang secara lansgung berada dibawah editor dan dibebani tugas meliput subjek tertentu. mengingat bdiang liputan yang demikian luas, pada umumnya mereka mengkhususkan dri pada bidang tertentu saja, seeprti kriminalitas, politik, olahraga. di orarn-koran besar bahkan dibakukan dengan maksud agar setiap reporter benar-benar menguasai bidangnya, selain reporter spesialis, reporter generalis yakni para reporter yang dituntut untuk menguasai banyak bidang sekaligus meskipun tidak terlalu mendlaam. suatu berita yang dimuat biasanya disertai dengan insiial nama reporer yang melaporkannya, praktik ini biasa disebut by-line.

Koresponden khusus(Special correspondents)
mereka adalah para penulis yang sengaja mengkhususkan diri pada bidang-bidang tertentu seperti bidang insustri, iptek, pendidikan dan sebagainya.para jurnalis ini mengisi koloms ecara teratur atau ditugaskan secara insidental ketika subjek yang mereka kuasai sedangan hangat dibicarakan. banayk pula diantara mereka yang menjalankan fungsi editing disuatu majalah muingguan atau budlana emngenai subjek yang mereka kuasai serta mnegisi koom-kolom khusus pada berbagai suarat kabar sebagai penulis kontributor.
Wartawan lokal (stringers)
tidak semua surat kabar mampu untuk memperkerjakan sejumlah besar karyawan guna meliput berbagai daerah. oleh karena itu, cukup banyak penerbit koran, khususnya korankecil yang menjali kerjasama dengan para jurnalis lokal (biasanya mereka bekerja pada koran-koran daerah setempat) guna meliput berbagai berita dan peristiwa menarik di daerah tersebut. para wartawan lokal ini memang sering memasok berita-berita lokal kepada pers nasional.
Koresponden asing/luar negeri (Foreign  correspondents)
koran-koran yang besar biasanya memperkerjakan sejumlah koresponden asing dibebrapa kota utama dunia. mereka bisa kerja secara penuh atau paruh waktu (freelance). bagi koresponden yang berkekrja secara paruh waktu, mereka biasanya sudah memiliki perkjaan pada koran-korn lain dinegaranya sendiri.
Penulis artikel
mereka adalah para jurnalis yang menulis artiekl di luar laporan berita. artikel itu bisa berupa ulasan latar belakakng atau pelengkap yang mendampigi berita utama untukmenciptakan suatu kupasan lebih mendalam dan lengkap. pada ummnya mereka mengkhususkan diri pada bidang tertentus eprti seni, politik atau hmaniora, dll.

Hal lain selain diatas adalah Kontributor lepas, jasa telegram,kantor berita, agen-perpustakan photo, sindkikasi (syndication).

 Langkah-langkah menulis editorail
Ketika menulis editorial, Anda harus berusaha mengidentifikasi isu, melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan menawarkan tindak lanjut menghadapinya (Holland).

Dalam bahasa Sebranek dan Kemper, langkah penulisan editorial dapat disimpulkan dalam empat kata kerja: memilih (selecting), mengumpulkan (collecting), mengaitkan (connecting), dan memperbaiki (correcting).

Pada langkah pertama, pilihlah isu-isu yang hendak diangkat. Perlu pertimbangan tersendiri untuk menentukan isu apa yang hendak diangkat. Perbedaan pertimbangan inilah yang membedakan pengangkatan isu setiap media berbeda-beda. Misalnya saja, pada Kamis, 7 September 2007, Media Indonesia mengangkat masalah buruknya kompetensi transportasi di Indonesia. Sementara Seputar Indonesia mengangkat masalah siginifikansi APEC.

Tahap berikutnya, kumpulkan pendukung yang akan memperkuat opini yang hendak disampaikan. Pendukung berupa fakta-fakta seputar topik yang diangkat ini akan memberi nilai objektivitas pada tulisan daripada sekadar opini belaka. Untuk memberikan nilai yang lebih kuat, kumpulkanlah pendapat-pendapat yang berotoritas agar opini yang hendak dikemukakan lebih berbobot.

Langkah ketiga ialah menghubungkan atau mengaitkan. Sebelum menyusun draf editorial, rembukkan dulu dengan anggota redaksi (ingatlah bahwa editorial itu mewakili sikap media terkait). Isi editorial yang disampaikan harus jelas dan menyampaikan detail-detail yang akurat, dilengkapi dengan contoh-contoh pendukung. Berikan argumen yang kuat pada awal dan akhir editorial. Dalam hal ini, argumen yang dipertentangkan, berikut kelemahan-kelemahannya dapat ditunjukkan. Jangan lupa, tawarkan solusi pada akhir editorial

Akhirnya, lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap hasil tulisan tersebut. Editorial itu harus jelas dan bertenaga. Tapi jangan sampai menyerang pihak lain. Upayakan pula untuk tidak terlalu mengajari. Susunan paragraf sebaiknya ringkas dan lugas. Sekali lagi, berbagai contoh dan ilustrasi akan bermanfaat. Apalagi kutipan-kutipan yang berbobot, akan menguatkan opini kita. Yang lebih penting lagi, kemukakan semua dengan jujur dan akurat.

Langkah-langkah yang ditawarkan oleh Alan Weintraut berikut mungkin perlu diperhatikan pula.

  1. Tentukan topik yang signifikan dengan sudut pandang berita terkini yang akan menarik minat pembaca.
  2. Kumpulkan berbagai informasi dan fakta,termasuk laporan objektif; lakukan penelitian.
  3. Kemukakan opini Anda secara singkat dengan model pernyataan tesis.
  4. Jelaskan isu tertentu secara objektif sebagai wartawwan dan katakan mengapa situasi tersebut sangat penting dibicarakan.
  5. Berikan terlebih dahulu sudut pandang berlawanan bersama beberapa kutipan dan fakta yang ada.
  6. Sanggah atau tolak sisi yang lain dan kembangkan kasus Anda dengan menggunakan fakta-fakta, detail-detail, tokoh-tokoh, dan kutipan-kutipan. Kesampingkan sisi logika lainnya.
  7. Akui poin yang berlawanan--poin-poin tersebut tentu memiliki poin yang baik yang dapat diakui untuk membuat Anda tampak rasional.
  8. Ulangi frasa kunci untuk memperkuat ide hingga melekat dalam benak pembaca.
  9. Berikan solusi yang realistik kepada masalah yang di luar pengetahuan umum. Berikan dorongan untuk pemikiran kritis dan tindakan yang proaktif.
  10. Ringkaslah menjadi suatu kesimpulan yang menegaskan kembali pernyataan pada tesis awal.
  11. Jagalah agar tidak lebih dari 500 kata; setiap tulisan diperhatian, hindari penggunaan kata "saya". (Pada faktanya, hal ini tergantung kebijaksanaan dari masing-masing media.)

Ada beberapa struktur yang bisa digunakan untuk menyusun sebuah editorial. Berikut ini salah satunya.

1. "Lead" dengan penjelasan yang objektif terhadap isu/kontroversi tertentu. Jangan lupa menyertakan prinsip 5W 1H.
* Tariklah beragam fakta dan kutipan dari bahan-bahan yang relevan.
* Untuk memperkuat posisi, lakukan riset tambahan seperlunya.
 

2. Kemukakan opini oposisi Anda terlebih dahulu.
Sebagai penulis editorial, Anda tidak hendak menyetujui suatu opini yang mengemuka. Identifikasikan pihak-pihak yang bertentangan dengan Anda.
* Gunakan beragam fakta dan kutipan untuk menyatakan opinin mereka secara objektif.
* Berikan posisi oposisi yang kuat. Anda tidak akan mendapat apa pun kalau menyanggah posisi yang lemah.
 

3. Sanggah keyakinan pihak oposisi secara langsung.
Sebelum benar-benar menyanggah, artikel Anda dapat diawali dengan sebuah transisi.
* Tariklah fakta-fakta dan kutipan-kutipan dari orang-orang lain yang mendukung posisi Anda.
* Akui poin yang valid dari pihak oposisi yang akan membuat Anda tampak rasional, yang mempertimbangkan seluruh pilihan.
 

4. Berikan alasan/analogi asli lainnya.
Untuk mempertahankan posisi Anda, berikan alasan yang disajikan dalam urutan semakin kuat.
* Gunakan alusi budaya atau literer yang akan memberikan kredibilitas dan rasa inteligensi.
5. Simpulkan dengan tegas.
Berikan solusi dari masalah atau tantang pembaca untuk berbagian memecahkan masalah.
* Sebuah kutipan akan efektif, khususnya jika berasal dari sumber terpercaya.
* Pertanyaan retoris dapat menjadi simpulan yang efektif juga. Sebab sering kali pertanyaan seperti ini menyadarkan kalangan tertentu.

Hampir serupa dengan itu, Sebranek dan Kemper juga menawarkan lima butir berikut ini.

1. Kemukakan pengalaman pribadi dalam bentuk pernyataan yang menjadi sebuah tesis.
2. Berikan penjelasan dari sudut pandang yang berbeda dengan isu yang diangkat.
3. Angkat contoh-contoh yang akan mendukung sudut pandang kita.
4. Berikan alasan terhadap opini yang kita kemukakan.
5. Paragraf terakhir hendaknya diakhiri dengan penegasan ulang akan tesis yang dikemukakan di awal. Akhiri pula dengan catatan yang positif.
Dirangkum oleh: R.S. Kurnia/www.pelitaku.sabda.org

Kebjakan editorial dalam penulisan hasil liputan
Apa yang membedakan satu koran dengan koran lainnya dalam liputan ? Jawaban simplenya: kebijakan editorial. Editorial masing-masing surat kabar atau media berbeda satu sama lain. Boleh dikatakan tidak ada media yang sama persis kebijakan editorialnya dalam pemberitaannya.
Kebijakan editorial inilah yang “membimbing” seorang jurnalis menuliskan laporan liputannya. Dengan adanya editorial ini juga memudahkan liputan di lapangan, menggarisbawahi liputan dan mengangkat tema-tema liputan.

Kompas misalnya sangat kuat dalam kebijakan editorial dengan menyandarkan apa yang disebut humanismei transendental. Humanisme atau kemanusiaan dipahami dalam konteks manusia sebagai orang yang memiliki nilai hidup keagamaan. Humanisme transedental merupakan pilar Komapas dalam semua liputan mulai dari hiburan sampai dengan berita politik.

Dalam sebuah tulisan tepat 40 tahun Kompas, Jacob Oetama menulis seperti ini soal kebijakan editorial:

Pandangan, sikap hidup, dan orientasi nilai Kompas adalah faham kemanusiaan yang beriman, yang percaya kepada nilai abadi dan nilai kemanusiaan.

Bukan saja pendidikan yang diperlukan anak manusia, tetapi juga pencerahan, pendidikan akal budi. Ilmu, kepandaian, kecerdasan menjadi bagiannya. Tetapi juga watak atau karakter, kepribadian, rasa tanggung jawab, kejujuran, dan ketulusan.

Orang Perancis menyebut surat kabar sebagai un journal c’est un monsieur, surat kabar bersosok, berpribadi justru karena memiliki pandangan hidup yang transenden serta pandangan hidup kemasyarakatan.

Lebih dari sekadar suatu informasi dan peliputan perihal peristiwa dan permasalahan, surat kabar adalah juga interaksi. Dalam bahasa sehari-hari karena itu surat kabar mempunyai policy, editorial policy, kebijakan editorial. Juga kebijakan perusahaan.

Pandangan dasar koran atau media apapun memang penting untuk memiliki semacam falsafah atau hal-hal fundamental yang membuat sebuah lembaga media berdiri. Jika hanya kebutuhan komersial, lembaga media memang bisa menjadi kaya tetapi tidak memberikan “daya pikat” yang kuat untuk sebuah bangsa secara keseluruhan. Media komersial hanya akan memperkaya para pemilik media itu secara materi tetapi mungkin tidak akan “memperkaya” khasanah kebudayaan bangsa.

Oleh sebab itulah maka sebuah kebijakan redaksi sangat penting dalam liputan di lapangan. Terjun ke lapangan tanpa panduan akan menyulitkan para jurnalis. Selain itu tanpa sebuah semangat kebersamaan dalam sebuah media maka bisa terjadi ketidakharmonisan dalam penyajian berita dan liputan. 

Sumber : 
Public Relation, Frank Jefkins, Ed V, terj. Haris Munanadar, Airlangga, Jakarta, 2003.
http://www.menuliscepat.com/
http://blogfajri.wordpress.com 

1 komentar: