Kamis, 04 November 2010

Tips Penulisan : Mendekatkan Diri dengan Pembaca

Tulisan populer disajikan untuk pembaca awam. Bukan pakar yang memang berkecimpung di bidangnya. Posisikan diri Anda pada pembaca. Pikirkan, mengapa Anda perlu membagi ilmu atau hal Anda? Apa yang membuat pembaca dapat tertarik dengan tulisan Anda?

Setelah mendapatkan topik yang pas dan bahan-bahan sudah terkumpul, tahap berikutnya meramu bahan-bahan menjadi tulisan yang menarik. Bagaimana memulai menulisnya? Terkadang tulisan mengalir, bila Anda memposisikan diri Anda pada pembaca: seorang professor, ibu rumah tangga, manajer, politikus,
mahasiswa, atau apa saja. Pikirkan apa yang kira-kira apa yang diperlukan pembaca, pertanyaan apa yang akan mereka ajukan.

Mengaitkan dengan kondisi aktual
Tulisannya dimulai dengan lead kondisi aktual, hal-hal yang sedang dibicarakan dalam masyarakat. Sebagian pembaca mungkin pernah mendengar konsep bulan telematika yang sedang aktual. Tapi apa sebenarnya di balik konsep itu? Nah dari kondisi aktual inilah penulis membidik pembaca.

Mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari
Prinsipnya adalah menghibur. Topik yang dipilih mudah dicerna, membacanya bersifat refreshing. Mudah dicerna karena berkaitan erat dengan kejadian sehari-hari. Siapa yang tidak pernah merasakan perihnya memotong bawang? Siapa peduli membacanya? Karya tulis populer yang berkaitan dengan kejadian
sehari-hari membuat pembaca merasa sedikit lebih cerdas setelah membacanya. Merasa puas mengerti apa yang terjadi di sekitarnya. Dengan cara ini pembaca awam menjadi akrab dengan ilmu di luar spesialisasinya.

Memperkenalkan ha-hal atau temuan baru
Memperkenalkan temuan baru serta mengaitkan dengan kebutuhan masyarakat adalah salah satu tugas penulisan populer. Dengan memperkenalkan ilmu atau temuan tertentu, tingkat peneriamaan terhadap temuan itu itu sendiri semakin bertambah di kalangan masayarakat. Karya populer seringkali mengangkat topik yang berkaitan dengan masyarakat awam.

Memaparkan informasi secara fokus
Pemaparan informasi dalam tubuh tulisan harus fokus, sesuai dengan tema yang disitir dalam leading. Buat alur yang menarik, sehingga pembaca mau mengikuti paragraf demi paragraph sampai selesai. Ada beberapa cara pemaparan yang baik

Haruskah alur berbentuk piramida terbalik?
Alur piramida terbalik berarti dimulai dari informasi yang terpenting sampai ke detail yang kurang penting. Keuntungannya, pembaca cepat mendapat informasi utama. Biasanya model ini dipakai untuk penulisan hard news (berita singkat). Namun untuk tulisan karya ilmiah yang kompleks dan panjang belum tentu model ini bisa dipakai. Sebab terkesan membosankan. Hal yang terpenting sudah diketahui di awal, pembaca merasa sudah cukup dengan paragraf-paragraf awal. Tidak ada unsur menggelitik rasa ingin tahu lebih lanjut.

Mengubah numerasi dan pembagian bab
Anda pasti mengenal struktur klasik sebuah karya ilmiah: bab utama, sub bab, dst. Atau struktur tulisan dengan pembagian A, A.1, A.2, dan seterusnya. Pembagian struktur seperti ini terasa sangat kaku bila Anda gunakan dalam karya ilmiah populer. Gunakan kekuatan kata-kata atau teks untuk memperjelas struktur tulisan. Misalnya pada bab utama anda tuliskan rangkuman informasi yang mewakili sub-sub bab selanjutnya. Barulah sub-sub bab memuat detail informasi.

Alur kronologis
Artinya alur cerita mengikuti satuan waktu: jam, hari, bulan atau tahunan. Di sini patokan waktu eksplisit tercantum. Contohnya: Karya ilmiah populer tentang pertumbuhan tanaman selama empat musim. Informasi disini akan terstruktur sesuai dengan kronologis musim.

Alur proses
Mirip dengan alur kronologis. Disini alur mengikuti proses-proses yang berurutan.

Deduksi
Penulisan ilmiah populer yang berdasar pada deduksi, memulai alur penjelasan dari hal yang umum menuju hal yang khusus. Contohnya: kebijakan pemerintah dalam masalah anggaran penelitian dan dampaknya bagi riset bidang teknologi kimia.

Induksi
Induksi kebalikan dari deduksi: dimulai dari informasi atau fakta-fakta khusus untuk menentukan kesimpulan yang berlaku umum. Dalam penulisan populer induksi dapat berupa penjelasan, anekdot atau analogi yang menggambarkan prinsip umum. Contohnya: beberapa contoh dan fakta kerusakan
lingkungan. Dari sini dapat diambil kesimpulan kebijakan politik yang harus diambil dalam rangka pelestarian lingkungan.

Reportase
Dengan jenis pemaparan ini, anda bertutur tentang apa yang anda rekam, lihat atau rasakan dari tempat kejadian. Dengan penuturan yang baik, pembaca akan merasa live di tempat kejadian. Sebuah reportase tidak harus menceritakan kejadian dari awal sampai akhir. Seringkali diambil fokus tertentu yang
diangkat ke permukaan.

Berhemat menggunakan jargon
Seberapa jauh penulis bebas menggunakan jargon? Berhematlah dengan istilah asing atau sulit. Gunakan seperlunya secara tepat. Anda bisa memberikan definisi, terjemahan, atau penjelasan. Sering juga istilah-istilah asing justru lebih singkat, padat dan tepat. Namun anda harus berhati-hati terlalu banyak akan menyulitkan pembaca. Semuanya bergantung dimana dan untuk siapa tulisan akan anda sajikan.

Menggunakan Defisini
Foodborne disease adalah penyakit yang timbul dari pencernaan dan penyerapan makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh manusia. Penyakit ini erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Jika tidak memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan, maka merugikan manusia. Makanan yang berasal baik
dari hewan atau tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisma penyebab penyakit pada manusia.

Dalam tulisan di atas foodborne disease adalah istilah baku yang sulit dibuang. Penggunaan istilah spesifik ini lebih ringkas dan juga tepat. Definisi cukup diberi sekali diawal.

Menggunakan Terjemahan
Bila tidak terlalu rumit, anda cukup memberikan terjemahan dalam kurung: Beberapa obat-obatan yang termasuk didalamnya adalah antibiotika, antihistamin (anti alergi), analgetik (penghilang rasa nyeri), antipiretik (obat penurun panas), antitusif (obat batuk), dan lain-lain.

Mencari padanan jargon dalam bahasa Indonesia yang singkat dan padat tidak selalu berhasil. Dalam kasus ini, bila tidak ada padanannya gunakan istilah aslinya, dengan penjelasan, definisi.
Bila definisi dan terjemahan tidak cukup, atau definisi dapat memperjelas. Berikan
ilustrasi atau analogi.

Istilah asing: bila lebih mudah diingat, gunakan!
Tulisan yang sukses biasanya justru pendek, terbatasi secara tegas dan sangat fokus. ”Less is more,” lagi-lagi kata Hemingway. Umumnya tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal.
Less is more, kalimat pendek dan mudah diingat. Bila diterjemahkan ke dalam Indonesia “sedikit justru sebetulnya lebih banyak” gregetnya kurang! Namun jangan juga terlalu mubazir dalam penggunaan bahasa asing.

Istilah asing: bila tak perlu, tinggalkan!
Penggunaan istilah asing yang rumit dalam satu paragraf, akan mengganggu kenyamanan pembaca. Ingat: Writing is giving service! Seperti soto dengan banyak “ranjau” rempahrempah daun salam, laus, jahe, daun jeruk. Anda akan terhenti menikmati soto karena harus menyisihkan rempah! Jangan pernah
berpikir: menggunakan istilah asing agar terlihat elit! Justru efek sebaliknya yang akan anda dapatkan.

Bila memang efisien, padukan dengan gambar
“A picture tells thousand words,” demikian kata pepatah. Seringkali kali gambar atau grafik lebih mudah dicerna daripada rangkaian kata-kata. Tapi perlu diingat, gambar saja tidak cukup harus disertai keterangan yang jelas. Contoh ini berlaku misalnya untuk tutorial. Gunakan screenshot menu-menu software untuk memperjelas perintah.

Problematika angka
Penggunaan angka dalam karya ilmiah sudah lumrah. Terutama untuk menunjukan akurasi atau memperkuat argumentasi. Sama dengan penggunaan istilah asing atau jargon. Pencantuman angka cukup seperlunya. Bila terlalu banyak, perhatian pembaca akan tertuju pada angka dengan demikian kenyamanan membaca menjadi berkurang.

Angka saja tidak cukup: perlu keterangan lanjut
Kecelakaan lalu lintas lebih sering terjadi pada kecepatan 50km/h Sedangkan pada kecepatan 200 km/h lebih sedikit. Tanpa keterangan lebih lanjut, angka-angka diatas terlihat sepintas tidak masuk akal. Mengapa justru dengan kecepatan tinggi lebih jarang terjadi kecelakaan? Jawaban logisnya terletak
pada penjelasan, bahwa jarang kendaraan berkecepatan 200km/h, sehingga lebih jarang terjadi kecelakaan. Namun sayangnya dalam tulisan itu tidak ada sama sekali.

Pencantuman angka yang tidak perlu
Banyak penulis menyangka pencantuman angka selalu memberi kesan kompeten! Sekali lagi pertimbangkan baik-baik: apakah pencantuman angka memberi nilai informasi plus atau tidak. Ingat: “Less is more,” kata Hemingway. Angka berlebihan hanya akan mengganggu kenyamanan membaca.

Multi interpretasi angka statistik
Bila Anda mencantumkan angka statistik, perlu memjelaskan metode pengambilan sample serta satuan-satuan lagi yang mendukung. Membaca angka lebih payah daripada membaca teks. Mengapa tidak menggunakan grafik bila lebih membantu kenyamanan membaca?

Sumber :  http://asep.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar