Bahwa manusia dalam berkomunikasi tidak hanya melalui proses pertukaran pesan yang bermakan tetapi juga factor kepribadian ikut di dalamnya. Kepribadian terbentuk sepanjang hidup kita. Selama itu pula komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan pribadi kita. Melalui komunikasi kita menumakkan diri kita, mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan kita dengan dunia di sekitar kita.
Hubungan kita dengan orang lain akan menentukan kualitas hidup kita. Bila orang lain tidak memahami gagasan anda, bila pesan anda menjengkelkan mereka, bila anda tidak berhasil mengatasi masalah pelit karena orang lain menentang pendapat anda dan tidak mau membantu anda, bila semakin sering anda berkomunikasi semakin jauh jarak anda dengan mereka. Bila anda selalu gagal untuk mendorong orang lain bertindak. Anda telah gagal dalam komunikasi. Komunikasi anda tidak efektif.
Komunikasi efektif seperti dinyatakan Ashley Montagu bahwa kita belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Anak kecil hanyalah seonggok daging sampai ia belajar mengungkapkan perasaaan dan kebutuhannya melalui tangisan, tendangan atau senyuman. Segera setelah ia berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, terbentuklah perlahan-lahan apa yang kita sebut kepribadiaan. Bagaimana ia menafsirkan pesan yang disampaikan orang lain dan bagaimana ia menyampaikan pesannya kepada orang lain, menentukan kepribadiannya. Manusia bukan dibentuk oleh lingkungan, tetapi oleh caranya menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya. Wajah ramah seorang ibu akan menimbulkan kehangatan bila diartikan si anak sebagai ungkapan kasih sayang. Wajah yang sama akan melahirkan kebenciaan bila anak memahaminya sebagai usaha ibu tiri untuk menarik simpati anak yang ayahnya telah ia rebut.
Bagaimana tanda-tanda komunikasi yang efektif? komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1974:9-13) paling tidak menimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.
Pengertian
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Menurut cerita, seorang pemimpin pasukan VOC bermaksud menghormati seorang pangeran Madura. Untuk itu, dipegangnya tangan sang permaisuri dan diciumnya. Sang pangeran marah. Ia mencabut kerisnya, menusuk Belanda itu dan terjadilah bertahun-tahun perang VOC dengan penduduk Madura, sehingga ribuan korban jatuh. Kita tidak tahu apakah cerita itu benar atau tidak, tetapi betapa sering kita bertengkar hanya karena pesan kita diartikan lain oleh orang yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication). Untuk menghindari hal ini kita perlu memahami paling tidak psikologi pesan dan psikologi komunikator.
Kesenangan
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar?” kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi itu hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut analisis transaksional sebagai “saya oke kamu oke’. Komunikasi ini lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Ini memerlukan psikologi tentang system komunikasi interpersonal.
Mempengaruhi Sikap
Paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Khatib ingin membangkitkan sikap beragama dan mendorong jemaah beribadah lebih baik. Politisi ingin menciptakan citra yang baik pada pemilihnya, bukan untuk masuk surga, tetapi masuk untuk masuk DPR dan menghindari masuk kotak. Guru ingin mengajak muridnya lebih mencintai ilmu pengetahuan. Pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen dan mendesaknya untuk membeli. Sering jejaka ingin meyakinkan pacarnya bahwa ia cukup “bonafid” untuk mencintai dan dicintai. Semua ini adalah komunikasi persuasive. Komunikasi persuasive memerlukan pemahaman tentang factor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologi sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri (Kamus ilmu komunikasi, 1979) para psikologi memang sering bergabung dengan komunikolog justru pada bidang persuasi.
Hubungan Sosial yang Baik
Komunikasi yang ditujukan untuk menumbuhkan hubungan social yang baik. Manusia adalah makhluk social yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow (1980;80-92) menyebutnya “kebutuhan akan cinta” atau “belongingness”, William Schutz (1966) memerinci kebutuhan social ini ke dalam tiga hal inclusion, control, affection. Kebutuhan social adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih saying (affection). Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan social ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. Dewasa ini para ilmuwan social, filusuf, dan ahli agama sering berbicara tentang alienasi-merasa terasing, kesepian, dan kehilangan keakraban pada manusia modern. “Instead of affection, acceptance, love and joy resulting from being with other, many people feel alone, rejected, ignored, and unloved, tulis William D. Brooks dan Phillip Emmert (1977:5).
Bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal, apa yang terjadi ? Banyak kata Vance Packard (1974). Ia akan menjadi agresif, senang berkhayal, “dingin”, sakit fisik dan mental, dan menderita “flight syndrome” (ingin melahirkan diri dari lingkungannya). Packard mengutip penelitian Philip G. Zimbardo tentang hubungan antara anonimitas dengan agresi. Zimbardo menyimpan dua buah mobil bekas di dua tempat; wilayah Bronx di New York, dan Palo Alto di California. Daerah yang pertama terletak di kota besar, di mana terdapat tingkat anonimitas yang tinggi. Yang kedua adalah kota kecil, di mana orang saling mengenal dengan baik. Zimbardo ingin mengetahui apa yang akan terjadi pada mobil-mobil itu. Di Palo Alto mobil itu tidak disentuh orang selama satu minggu, kecuali pada waktu turun hujan; seorang pejalan kaki menutupkan kap mobil agar air hujan tidak membasahi mesin di dalam. Di wilayah Bronx dalam beberapa jam saja, di siang hari bolong, beberapa orang dewasa ramai-ramai mencopoti bagian-bagian mobil yang dapat digunakan di hadapan orang lain. Tidak ada yang mencoba mencegah perbuatan itu. Tahap berikutnya lebih menarik lagi. Anak-anak kecil mulai menghancurkan jendela depan dan belakang. Berikutnya, beberapa orang dewasa yang berpakaian perlente merusak apa yang masih bisa dirusak. Dalam tempo kurang dari tiga hari, mobil itu sudah menjadi onggokan besi tua yang menyedihkan.
Zimbardo berteori, anonimitas menjadikan orang agresif. Senang mencuri dan merusah, disamping kehilangan tanggungjawab social. Lalu, apa yang menyebabkan anonimitas ?kita menduganya pada kegagalan komunikasi interpersonal dalam menumbuhkan hubungan social yang baik. Bila kegagalan hubungan manusiawi yang timbul dari salah pengertian adalah kegagalan komunikasi sekunder (secondary breakdown). Supaya manusia tetap hidup secara social, untuk social survival, ia harus terampil dalam memahami factor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal seperti persepsi interpersonal, dan hubungan interpersonal.
Tindakan
Di atas telah membicarakan persuasi sebagai komunikasi untuk mempengaruhi sikap. Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Jauh lebih sukar lagi mendorong orang bertindak. Tetapi ekfektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikate. Kampanye KB berhasil bila akseptor mulai menyediakan diri untuk dipasang AKDR (Alat kontrasepsi dalam rahim). Propaganda suatu partai politik efektif bila sekian juta memilih mencoblos lambang parpol itu. Pemasang iklan sukses bila orang membeli barang yang ditawarkan. Mubaligh pun boleh bergembira bila orang beramai-ramai bukan saja menghadiri masjid, tetapi juga mendirikan salat.
Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena itu untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
Faktor-faktor Perilaku dalam perspektif psikologi
1. Aliran Psikodinamika
Aliran psikodinamika adalah teori yang menjelaskan tingkah laku manusia sebagai hasil tenaga yang beroperasi didalam pikiran, karena tanpa disadari individu, aliran ini menekankan pada adanya kekuatan yang berbeda tetapi pada umumnya,. Ahli penulis komunikasi memberi perhatian utama pada tiga proses mental :
a. Konflik diantara motif-motif yang menentang
b. Kecemasan tentang motif-motif yang tidak dapat diterima dan
c. Pertahanan terhadap motif-motif yang begitu tidak dapat diterima (Bootzin acocela,1980)
Sigmund Freud sebagai tokoh aliran ini pada tahun (1856-1939) mendasarkan alirannya pada kepribadian manusia pada dua ide yang sangat mendasar. Yang pertama bahwa tingkah laku manusia terutama tidak dikuasai akal tetapi oleh naluri-naluri irrasional, naluri menyerang dan terutama oleh naluri sex. Id kedua adalah bahwa sebagian kecil dari pikiran yang disadari yang paling besar mempengaruhi tingkah laku kita adalah ketidaksadaran suatu tempat penyimpanan ingatan dan keinginan yang tidak pernah timbul mencapai kesadaran suatu tempat penyimpanan ingatan dan keinginan yang tidak pernah timbul mencapai kesadaran atau telah ditekan yaitu didorong keluar dari kesadaran atau ditekan yaitu didorong keluar dari kesadaran sebab menimbulkan rasa takut atau malu dalam diri kita.
Berdasarkan dua id tersebut Freud (1920) membagi kepribadian manusia menjadi tiga yaitu, ego, id, super ego. Id yang beroperasi di dalam bagian ketidaksadaran terdiri dari dari naluri seksual dan naluri menyerang yang membentuk dasar tingkah laku manusia agar dapat memenuhi naluri-naluri prinsip kesenangan. Ego merupakan bagian kepribadian yang memikir, mengetahui, memecahkan masalah, peran pokok ego adalah mencari untuk menyenangkan id, tetapi dengan dibatasi kenyataan dan moralitas, ego beroperasi berdasarkan prinsip realitas. Super ego menjadi kode moral kepribadian, sama dengan apa yang disebut kata hati, tetapi lebih sedikit tegas. Fungsi pokok super ego dalam penguasaan naluri ide, super ego juga menentukan cita-cita mana yang akan diperjuangkan. Sedangkan tekanan Freud dalam aliran psikodinamika lebih banyak meletakkan pada tekanan ego dibandingkan yang dilakukan murid-muridnya sebagaimana Freud memandang ide, sebagai motivator dasar didalam tingkah laku manusia. Ego memilih atau mengatur dorongan ide, tetapi hal tersebut tidak mampu menggantikan tiap dorongan ide, tetapi hal tersebut tidak mampu menggantikan tiap dorongan itu sendiri oleh karena itu sekalipun fungsinya mungkin rumit ego tidak menjelaskan kepribadian sebenarnya ia adalah hak istimewa dari ide.
2. Aliran Behavioral
Beberapa aliran psikologi yang dapat digolongkan sebagai pencetus dan penganut aliran behavioral yaitu William Daugall (1871-1938) yang mengembangkan psikologi posposif (bertujuan) atau psikologi hormik (hormic psychology), Mc Daugal yang mengembangkan alirannya bahwa psikologi hendaknya hanya membicarakan atau mempelajari tingkah laku manusia yang saja nyata kalau psikologi hendak dikatakan sebagai ilmu yang objektif John Broades Watson (1878-1958) mengembangkan aliran behaviorisme di Amerika dalam pendapatnya mengenai teori psikologi bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam, karena psikologi harus dibatasi dengan tata pada penyelidikan tentang tingkah laku yang nyata dan dia berpendapat bahwa psikologi harus kesadaran yang hanya saja dan dia berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif karena itu tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya dapat diteliti metode intropeksi. Edwin B. Holt (1873-1946) dalam ajarannya berpendapat bahwa tingkah laku adalah satu-satunya kunci untuk menerangkan jiwa. Edward Chase Tolman (1886-1959) ia mengatakan bahwa tingkah laku manusia secara keseluruhan disebut tingkah laku moral. Tingkah laku moral ini terdiri dari beberapa tokoh ini maka behavioralisme ini lahir sebagai reaksi teori psikodinamik, sehingga para pencetus teori hebaviorisme memberi penjelasan bahwa tidak bertanggung jawab dan tidak ilmiah membicarakan tentang psikologi hanya semata-mata didasarkan pada kejadian-kejadian subjektif yaitu kejadian-kejadian yang diperkirakan terjadi didalam tak dapat diamati atau diukur (umpamanya fungsi id, ego, super ego).
Berdasarkan behaviorisme klasik orang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajari pengalaman-pengalaman terdahulu. Menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah-hadiah.
Dalam beberapa tahun terakhir ini teori telah meluas dengan cepat, banyak ahli psikologi behavioral sekarang merasa bahwa tingkah lain tak hanya dapat dijelaskan berdasarkan pada hadiah maupun hukuman eksternal pikiran dan perasaan.
Behaviorisme kognitif, ajaran ini memperhatikan proses-proses mental telah meningkatkan suatu bidang penelitian baru yang utuh, disebut behaviorisme kognitif adalah suatu jawaban bukan terutama terhadap kejadian-kejadian diluar seperti proses mental mengenai kejadian tersebut cara kita mengangartikannya (Mahony 1974: Meichn baum 1977).
Gambaran yang bagus tentang behavioralisme kognitif adalah aliran yang dikembangkan oleh Walter Mischel (1973) yaitu bahwa tingkah laku merupakan hasil saling berhubungan antara karakteristik pribadi dengan lingkungan. Aliran yang dikembangkan oleh Mischel mempunyai keunggulan dan kelemahan yang dimiliki pada umumnya dari behaviorisme kognitif.
3. Aliran Humanistik
Aliran psikologi humanistik yang dikembangkan dan dipelopori oleh Abraham Maslow, lahir dan berkembang dengan menentang aliran yang dikembangkan oleh aliran behaviorisme sangat prakmatis terhadap exsistensi manusia. Maka kaum yang mengikuti aliran humanistic berpendapat bahwa penyesuaian yang ideal merupakan lebih dari sekadar penyesuaian secara sederhana atau jaga penyesuaian yang berhasil dengan keadaan nyata yang terdapat dalam kehidupan anda. Agaknya ini berarti pengembangan seluruh kemampuan yang anda miliki setinggi-tingginya seluruh kemampuan yang anda miliki setinggi-tingginya. Untuk menggambarkan pendekatan idealistic pada penyesuaian dirasa perlu untuk dilihat pada dua teori humanistic yang sangat berpengaruh yaitu Abraham Maslow dan Carl Roegers.
Abraham Maslow (1908-1970) merasa bahwa banyak rintangan penyesuaian yang diajarkan oleh aliran teori psikodinamika/psikoanalisis dan pihak teorisme pemenuhan biologis, mendapatkan teman, belajar menghargai diri sendiri sebenarnya hanyalah persiapan untuk tantangan yang tertinggi aktualisasi diri, dibatasi sebagai pemenuhan secara sempurna potensi unik seseorang. Maslow mengurutkan manusia sebagai berikut: kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta dan menjadi anggota suatu kelompok.
4. Aliran Eksistensial
Teori eksistensial ini dikembangkan oleh seorang tokoh pemikir pada tahun 1955 yaitu Victor Frank, sehingga ia menjadi seorang pemikir yang terkenal dalam bidang psikologi yang menyangkut tentang eksistensialis, dia beranggapan bahwa aliran eksistensial sesuai dengan apa yang dikatakan bahwa psikologi tradisional akan menghasilkan gambaran yang rancu dari keadaan manusia jika meninggalkan berbagai pertimbangan tentang kehidupan rohani, sehingga dalam sisi lain eksistensial dalam bidang psikologi mempelajari dan mengkaji tentang sesuatu pemikiran dinamis dari kepribadian. Misalnya, merek lebih mementingkan pada penanganan secara baik kemampuan individu dengan jalan mendorongnya. Idealnya bukan hanya mengurusnya dengan baik saja tetapi untuk berkembang menjadi sesuatu tergantung pada cita-cita sendiri.
Penganut eksistensial sangat menitikberatkan pada kesukaran dalam memekarkan pribadi agar dapat berkembang secara bebas untuk dapat menjadi kesulitan yang paling utama dalam pandangan mereka adalah konformias dan matealisme yang dikembangkan masyarakat industri modern. Umumnya eksistensial memiliki beberapa kritik tentang masyarakat modern. Mereka merasa bahwa dunia industri, oleh dorongan dari masyarakat akan menolak kebenaran dari diri hidup oleh karena itu tulisan para eksistensial sering berkaitan dengan tantangan tentang pengertian yang baru ditemukan kembali dalam kehidupan modern.
Pemikiran Frank diatas (1962) kekuatan motivasi utama dari kehidupan manusia bukanlah, keinginan untuk senang atau keinginan untuk berkuasa. Seperti yang dinyatakan oleh ahli psikodinamika, melainkan lebih banyak dalam berkeinginan untuk bermakna satu-satunya jalan untuk mendapatkan dari kehidupan kita adalah dengan jalan mengikuti nilainya, apa yang ia lakukan dengan beberapa cara untuk mencapai tujuan, memperhatikan orang lain dan mencoba merumuskan dengan kesulitan. Frank berpendapat bahwa spiritual tersebut merupakan kebutuhan mutlak untuk kesehatan psikis. Dengan tidak adanya berapa pengertian tentang makna dalam kehidupan kita, maka kita akan mampu berbuat pilihan yang secara sadar dan bertanggung jawab menjadi satu-satunya sumber dari martabat kita selaku manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati, 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Davidoff, Linda L. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Effendi, Onong Uchjana. 1978. “Ilmu Publisistik dan Ilmu Komunikasi: Suatu Analisa terhadap Teori dan Perkembangannya”. Dalam Ihwal Komunikasi. Bandung: Fakultas Publisistik-Unpad.
---------------------------. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
---------------------------. 2003. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Effendi, Usman dan Juahya S. Paraja. 1984. Pengantar Psikologi. Angkasa: Bandung
Fidler, Roger. 2003. MediaMorfosis. Yogyakarta: Bentang Budaya
Hilgard, Ernest R. 1987. Pengantar Psikologi, Edisi Kedelapan. Jakarta, Penerbit Erlangga.
Ibrahim, Idi Subandy (ed). 2005. Critical Communication; Sebuah Pengantar Komperhensif Sejarah Perjumpaan Tradisi Kritis Eropa dan Tradisi Pragmatis Amerika. Bandung: Jalasutra.
Kertapati, Ton. 1986. Dasar-dasar Publisistik; Dalam Perkembangannya di Indonesia menjdi Ilmu Komunikasi. Jakarta: Bina Aksara.
Mustansyir, Rizal dan Munir, Misnal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset.
Osborne, Richard. 2001. Filsafat untuk Pemula. Penerjemah P. Hardono Hadi. Penerbit Kanisius. Jogjakarta.
Prajarto, Nunung. 2004. “Komunikasi: Akar Sejarah dan Buah Tradisi Keilmuan”. Dalam Komunikasi, Negara dan Masyarakat. Editor Nunung Prajarto. Fisipol-UGM: Jogjakarta.
Rakhmat, Jalaluddin. 1993. “Prinsip-prinsip Komunikasi Menurut Al-Quran”. Bandung: Dalam Jurnal Komunikasi Audientia Vol 1, No. 1 Januari-Maret 1993
------------------------. 2001. Retorika Modern. Bandung: Remaja Rosdakarya.
------------------------. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar