Kamis, 04 November 2010

Teknik Penulisan Kolom (II)

 Oleh : Farid Gaban *)

APA SAJA YANG BISA DIJADIKAN TEMA ESAI?
Kebanyakan penulis pemula mengira hanya tema-tema sosial-politik yang bisa laku dijual di koran. Mereka juga keliru jika menganggap tema-tema seperti itu saja yang membuat penulis menjadi memiliki gengsi.
Semua hal, semua aspek kehidupan, bisa ditulis dalam bentuk esai yang populer dan diminati pembaca. “Beranda Kita”-nya Faisal Baraas menunjukkan bahwa tema kedokteran dan psikologi bisa disajikan untuk khalayak pembaca awam sekalipun.

Ada banyak penulis yang cenderung bersifat generalis, mereka menulis apa saja. Namun, segmentasi dalam media dan kehidupan masyarakat sekarang ini menuntut penulis-penulis spesialis.
  • Politik lokal (bersama maraknya otonomi daerah)
  • Bisnis (industri, manajemen dan pemasaran)
  • Keuangan (perbankan, asuransi, pajak, bursa saham, personal finance)
  • Teknologi Informasi (internet, komputer, e-commerce)
  • Media dan Telekomunikasi
  • Seni-Budaya (film, TV, musik, VCD, pentas)
  • Kimia dan Fisika Terapan
  • Elektronika
  • Otomotif
  • Perilaku dan gaya hidup
  • Keluarga dan parenting
  • Psikologi dan kesehatan
  • Arsitektur, interior, gardening
  • Pertanian dan lingkungan
Pilihlah tema apa saja yang menjadi minta Anda dan kuasai serta ikuti perkembangannya dengan baik. Fokus, tapi jangan gunakan kacamata kuda.

Mencari ide tulisan
Ada banyak sekali tema di sekitar kita. Namun kita hanya bisa menemukannya jika memiliki kepekaan. Jika kita banyak melihat dan mengamati lingkungan, lalu menuliskannya dalam catatan harian, ide tulisan sebenarnya “sudah ada di situ” tanpa kita perlu mencarinya.

Tema itu bahkan terlalu banyak sehingga kita kesulitan memilihnya. Untuk mempersempti pilihan, pertimbangkan aspek signifikansi (apa pentingnya buat pembaca) dan aktualitas (apakah tema itu tidak terlampau basi).

Merumuskan masalah
Esai yang baik umumnya ringkas (“Less is more” kata Ernest Hemingway) dan fokus. Untuk bisa menjamin esai itu ditulis secara sederhana, ringkas tapi padat, pertama-tama kita harus bisa merumuskan apa yang akan kita tulis dalam sebuah kalimat pendek.

Rumusan itu akan merupakan fondasi tulisan. Tulisan yang baik adalah bangunan arsitektur yang kokoh fondasinya, bukan interior yang indah (kata-kata yang mendayu-dayu) tapi keropos dasarnya.

Mengumpulkan Bahan
Jika kita rajin menulis catatan harian, sebagian bahan sebenarnya bisa bersumber pada catatan harian itu. Namun seringkali, ini harus diperkaya lagi dengan bahan-bahan lain: pengamatan, wawancara, reportase, riset kepustakaan dan sebagainya.

Menentukan bentuk penuturan
Beberapa tema tulisan bisa lebih kuat disajikan dalam bentuk dialog. Tapi, tema yang lain mungkin lebih tepat disajikan dengan lebih banyak narasi serta deskripsi yang diperkaya dengan anekdot. Beberapa penulis memilih bentuk penuturan yang ajeg untuk setiap tema yang ditulisnya:
  • Dialog (Umar Kayam)
  • Reflektif (Goenawan Mohamad)
  • Narasi (Faisal Baraas, Bondan Winarno, Ahmad Tohari)
  • Humor/Satir (Mahbub Junaedi)
Menulis
Tata Bahasa dan Ejaan: Taati tata bahasa Indonesia yang baku dan benar. Apakah ejaan katanya benar, di mana meletakkan titik, koma dan tanda hubung? Apakah koma ditulis sebelum atau sesudah penutup tanda kutip (jika ragu cek kebuku rujukan Ejaan Yang Disempurnakan).

Akurasi Fakta
: tulisan nonfiksi, betapapun kreatifnya, bersandar pada fakta. Apakah peristiwanya benar-benar terjadi? Apakah ejaan nama kita tulisa secara benar? Apakah rujukan yang kita tulis sama dengan di buku atau kutipan aslinya? Apakah kita menyebutkan nama kota, tahun dan angka-angka secara benar?

Jargon dan Istilah Teknis: hindari sebisa mungkin jargon atau istilah teknis yang hanya dimengerti kalangan tertentu. Kreatiflah menggunakan deskripsi atau anekdot atau metafora untuk menggantikannya. Hindari sebisa mungkin bahasa Inggris atau bahasa daerah.

Sunting dan Pendekkan: seraya menulis atau setelah tulisan selesai, baca kembali. Potong kalimat yang terlalu panjang; atau jadikan dua kalimat. Hilangkan repetisi. Pilih frase kata yang lebih pendek: melakukan pembunuhan bisa diringkas menjadi membunuh. “Tidak” sering bisa diringkas menjadi “tak”, “meskipun” menjadi “meski” dan sebagainya.

Pakai kata kerja aktif: kata kerja aktif adalah motor dalam kalimat, dia mendorong pembaca menuju akhir, mempercepat bacaan. Kata kerja pasif menghambat proses membaca. Pakai kalimat pasif hanya jika tak terhindarkan.

Tak menggurui: meski Anda perlu menunjukkan bahwa Anda menguasai persoalan (otoritatif dalam bidang yang ditulis) hindari bersikap menggurui. Jika mungkin hindari kata “seharusnya”, “semestinya” dan sejenisnya. Gunakan kreatifitas dan ketrampilan mendongeng seraya menyampaikan pesan. Don’t tell it, show it.
Tampilkan anekdot: jika mungkin perkaya tulisan Anda dengan anekdot, ironi dan tragedi yang membuat tulisan Anda lebih “basah” dan berjiwa.

Jangan arogan: orang yang tak setuju dengan Anda belum tentu bodoh. Hormati keragaman pendapat. Opini Anda, bahkan jika Anda meyakininya sepenuh hati, hanya satu saja kebenaran. Ada banyak kebenaran di “luar sana”.

Uji Tulisan Anda: minta teman dekat, saudara, istri, pacar untuk membaca tulisan yang sudah usai. Dengarkan komentar mereka atau kritik mereka yang paling tajam sekalipun. Mereka juga seringkali bisa membantu kita menemukan kalimat atau fakta bodoh yang perlu kita koreksi sebelum diluncurkan ke media.

MENJUAL” KOLOM KE MEDIA
Apa yang umumnya dipertimbangkan oleh redaktur esai/opini untuk memuat tulisan Anda?
  • Nama penulis: para redaktur tak mau ambil pusing, mereka umumnya akan cepat memilih penulis yang sudah punya namaketimbang penulis baru. Jika Anda penulis baru, ini merupakan tantangan terbesar. Tapi, bukankah tak pernah ada penulis yang “punya nama” tanpa pernah menjadi penulis pemula? Jangan segan mencoba dan mencoba jika tulisan ditolak. Tidak ada pula penulis yang langsung berada di puncak; mereka melewati tangga yang panjang dan terjal. Anda bisa melakukannya dengan menulis di media mahasiswa, lalu menguji keberanian di koran lokal sebelum menulis untuk koran seperti Kompas atau majalah Tempo.
  • Otoritas: redaktur umumnya juga lebih senang menerima tulisan dari penulis yang bisa menunjukkan bahwa dia menguasai masalah. Tidak selalu ini berarti sang penulis adalah master atau doktor dalam bidang tersebut.
  • Style dan Personalitas: tema tulisan barangkali biasa saja, tapi jika Anda menuliskannya dengan gaya “style” yang orisinal dan istimewa serta sudut pandang yang unik, kemungkinan besar sang redaktur akan memuatnya.
  • Populer: koran dan majalah dibaca oleh khalayak yang luas. Tema tulisan harus cukup populer bagi pembaca awam, tanpa kehilangan kedalaman. Bahkan seorang doktor dalam antropologi adalah pembaca awam dalam fisika. Kuncinya: tidak nampak bodoh dibaca oleh orang yang paham bidang itu, tapi tidak terlalu rumit bagi yang tidak banyak mendalaminya.
Sumber : http://jurnalisme.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar