Rabu, 25 Januari 2017

The World is Flat

By Thomas R Friedmann

Dalam perjalanan jurnalistiknya ke perusahaan Infosys di India, Thomas L. Friedman dikejutkan oleh perubahan global yang menurutnya luar biasa. Sesuai dengan yang dilihatnya di India, dunia begitu kecil karena telah terhubung dengan teknologi serat fiber dan internet yang memungkinkan komunikasi global secara cepat dan murah.  Persaingan dalam dunia global telah mengalami sebuah perubahan yang fundamental. Menurutnya, lapangan permainan ekonomi dunia telah berkembang dan meningkat. Apa yang disebut para ekonom tentang barierrs to entry telah musnah. 

Dan saat ini setiap individu atau perusahaan-perusahaan, negara-negara bisa berkolaborasi atau pun berkompetisi secara global.Saat ini, menurut Friedman, telah terjadi globalisasi gelombang ketiga (Globalization 3.0). Globalisasi gelombang pertama (Globalization 1.0) terjadi mulai tahun 1492, ketika Columbus memulai pelayarannya keliling dunia, hingga tahun 1800. Globalisasi ini ditengarai dengan penjelajahan dan penguasaan negara-negara di dunia, serta munculnya negara bangsa.Gelombang kedua globalisasi (Globalization 2.0) diperankan secara dramatis oleh perusahaan multinasional yang melakukan integrasi-integrasi bisnis secara global. Gelombang kedua ini terjadi pada 1800, ditandai dengan Revolusi Industri hingga tahun 2000.Kini dalam globalisasi gelombang ketiga, kekuatan dinamisnya ialah individu-individu yang secara kasat mata telah mengglobal. Globalisasi tidak lagi didorong oleh mesin, hardware, tetapi oleh software dan jaringan serat optik yang menghubungkan semua manusia di dunia ini. 

Jika dua gelombang globalisasi sebelumnya didominasi oleh orang-orang Eropa dan Amerika, kini globalisasi melibatkan seluruh umat manusia dari bangsa, negara, dan ras manapun.Secara khusus, Friedman mencermati fenomena ekonomi yang luar biasa. Yakni proses outsourcing perusahaan-perusahaan dan jasa-jasa ekonomi Amerika beserta pekerjaan-pekerjaan teknologi informasinya ke India dan China. Sebagai contoh perusahaan akuntan di India mengerjakan pajak penghasilan dari 400 ribu warga Amerika. Dan banyak rumah sakit-rumah sakit kecil di Amerika yang menyerahkan pekerjaan membaca hasil scan CAT kepada radiologis di India dan Australia atau biasa disebut sebagai “Nighthawks”.

Saat ini telah terjadi perubahan mendasar pada proses supply chain secara global. Kebutuhan akan pasokan sumber daya (resources) dalam mencapai keunggulan kompetitif bisa didapatkan dari segala penjuru dunia.Secara lebih jelas, Friedman menjelaskan 10 kekuatan yang telah merubah wajah global menjadi datar. Pertama, runtuhnya tembok Berlin di Jerman pada 9 November 1989 yang menandai robohnya sekat-sekat ideologi global. Kedua, peristiwa go public dari Netscape (era internet). Ketiga, software aliran kerja global, keempat, open sourcing dan outsourcing sebagai kekuatan kelima. Sedangkan kekuatan keenam ialah operasi global (offshoring). Ketujuh, global supply chain. Kekuatan kedelapan, berupa insourcing(global logistic). Kesembilan, informing (masyarakat yang tercerahkan dengan informasi). Dan, kesepuluh, steroids (berupa faktor digital, mobile, visual, and personal ) yang mempercepat terjadinya dunia yang datar, sebuah dunia yang interconnected.

The Ten Forces that Flattened The World

Flattener # 1 . Runtuhnya Tembok Berlin 9 November 1989. 
Ini merupakan kemenangan kapitalisme terhadap komunisme. Arah dunia menjadi terfokus pada advokasi demokrasi, konsensus, pemerintah yang orientasi kepada pasar bebas jauh dari sistem otoriter dan ekonomi yang terpusat.  Dampaknya pada dunia bisnis, terjadinya liberalisasi perdagangan dan persaingan yang berdasarkan pada mekanisme pasar. Peranan pemerintah Indonesia yang dulu sangat besar untuk menghantarkan sukses sebuah perusahaan, kini digeser ke arah kesuksesan menaklukkan pasar bebas. Yang berarti pemenuhan demand dari customer melalui produk dan layanan yang berkualitas tinggi.

Flattener # 2. Peristiwa Go Public Perusahaan Netscape 9 Agustus 1995
Peristiwa tersebut merupkan tonggak revolusi dalam jaringan antar komputer. Ini merupakan era di mana peran internet yang menghubungkan komputer (PC) di seluruh dunia menjadi nyata. Netscape menyediakan software untuk surfing ke dunia maya, sekaligus menjadikan internet sebuah kenyataan dan mudah diakses oleh siapapun.Internet pun menjadi booming. Di Indonesia hal ini memunculkan era digitalisasi informasi. Dokumen-dokumen, data, pesan, buku, musik dirubah menjadi data digital agar dapat dipertukarkan melalui internet. Dunia usaha yang dahulu menggunakan pengiriman data dan informasi scara manual, kini dihadapkan pada kecepatan yang hampir tanpa batas untuk bertukar informasi. Siapa yang mampu menguasai, akan memenangkan persaingan.

•Flattener # 3.Work Flow Software.
Faktor ini merupakan fenomena kemunculan software-software aplikasi yang memungkinkan sebuah kerja dikerjakan bersama oleh orang-orang di berbagai belahan dunia melalui internet. Internet tidak lagi hanya digunakan untuk mengirim e-mail, browsing, mendengarkan musik, dan mengirim gambar saja. Tetapi lebih jauh digunakan secara produktif, untuk membentuk sesuatu, menciptakan, menjual dan membeli sesuatu, tracking inventory dari seluruh penjuru dunia.Konsekuensinya, intrenet menjadi key enabler dalam bisnis. Secara kasat mata, integrasi platform dengan internet ini kemudian memicu munculnya bisnis dotcom, e-commerce dan praktek-praktek bisnis yang memakai internet sebagai alat utama. Misalnya, untuk kepentingan marketing, transaksi, dan procurement (pengadaan barang dan jasa). Di Indonesia sendiri bisnis dotcom kemudian juga bermunculan, meski tidak terlalu populer seperti di Amerika. Namun dunia bisnis sudah melirik peluang usaha yang kian terbuka dengan adanya internet.

•Flattener # 4. Open-Sourcing.
Flattener ke empat sampai kesepuluh merupakan model kolaborasi baru berdasarkan platform internet yang telah ada. Orang-orang, organisasi-organisasi dan perusahaan-perusahaan dari seluruh penjuru dunia dapat berkolaborasi dan sharing untuk berbagai tujuan, Bisnis, ilmu pengetahuan, teknologi, kepentingan politik dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan adanya software-software yang bisa diunduh (down load) oleh siapa pun secara gratis di internet. PC di kantor atau di rumah bisa terhubung dengan web site-web site pada World Wide Web. World Wide Web.Dampaknya, bisnis menjadi semakin dinamis. Kerja tidak harus dilakukan di kantor atau di ruangan yang luas. Tapi bisa dikerjakan melalui PC atau laptop dimana pun, dari mana pun dan kapan pun asalkan semua terhubung melalui internet. Bisnis menjadi semakin efisien dan efektif, karena biaya-biaya tempat, transportasi dan komunikasi dapat ditekan seminimal mungkin melalui kolaborasi kerja di internet. Kantor-kantor berbentuk fisik, kini berubah menjadi virtual office di dunia maya yang dapat diakses dari sebuah komputer yang telah terkoneksi dengan internet.

•Flattener # 5. Outsourcing.
Era internet dan digital memungkinkan sebagian pekerjaan dari kita atau perusahaan kita untuk dikerjakan oleh orang lain atau perusahaan lain dari seluruh dunia. Contohnya seperti perusahaan-perusahaan akuntan India yang mengerjakan 400 ribu pajak penghasilan warga Amerika. Atau pemindahan call center perusahaan-perusahan Amerika dan Eropa ke India. Hal tersebut demi efisiensi biaya. Menjalankan sebagian fungsi-fungsi perusahaan dengan biaya yang lebih rendah. Dan dunia yang telah terkoneksi memungkinkan itu terjadi.Dunia bisnis di Indonesia pun semakin mengalami persaingan dalam hal biaya ketika bersaing dengan perusahaan-persahaan transnasional dari Amerika dan Eropa. Sementara karena keberadaan infrastruktur yang kurang bagus, dan kendala bahasa serta rendahnya kualitas SDM, sedikit yang melirik Indonesia untuk dijadikan tujuan outsourcing.  India, Singapura dan Malaysia lebih menjadi tujuan.  Perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak banyak merasakan limpahan pekerjaan-pekerjaan itu.

•Flattener # 6. Offshoring.
Cina merupakan contoh negara yang menjadi tujuan utama offshoring. Banyak sekali perusahaan Amerika dan Eropa yang memindahkan operasi globalnya ke Cina. Tentu saja dengan alasan upah tenaga kerja yang lebih rendah, pajak rendah, infrastruktur yang bagus dan aturan-aturan investasi yang menarik. Dari Cina ini kemudian, produk barang dan jasa dikirimkan ke seluruh penjuru dunia termasuk ke Amerika dan Eropa sendiri.Maka, barang-baranag mulai tekstil, elektronik, furnitur, kaca mata, sepeda, serta otomotif dari Cina yang amat murah dan berkualitas tinggi menyerbu pasar dunia. Tanpa disadari industri dalam negeri Indonesia morat-marit terkena imbas membanjirnya barang produksi Cina yang tidak bisa disaingi oleh industri domestik. Perusahaan-perusahaan berguguran, karena digempur barang-barang murah tersebut. Mereka yang ingin bertahan harus berupaya mati-matian menekan biaya untuk bisa bersaing dengan produk-produk Cina. Sehingga pemerintah dan kalangan industri di Indonesia perlu merevisi berbagai kebijakan dan cara bisnis agar dapat bersaingan secara global. Atau setidaknya ikut menjadi tujuan offshoring global untuk menggerakkan ekonomi nasional.

•Flattener # 7. Supply-Chaining.
Internet sekali lagi menjadi platform yang memungkinkan kolaborasi secara horisontal antara berbagai pihak. Dalam supply chain, terjadi kolaborasi horisontal antara suplier, produsen, retailer, dan konsumen untuk menciptakan value. Proses produksi dan distribusi barang dan jasa mengalami perubahan drastis, dengan adanya saling keterhubungan tersebut. Dan semua pihak mendapatkan keuntungan.Integrasi suplier, produsen, retailer dan konsumen menjadikan produk barang dan jasa semakin murah namun tetap berkualitas tinggi. Perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan manajemen supply chain secara baik, akan banyak ditinggalkan oleh konsumen maupun supliernya. Karena bargaining position berbagai pihak tersebut menjadi sama, dan semua menginginkan yang terbaik (highest value). Sehingga perbaikan rantai nilai (value chain) menjadi faktor penentu sukses usaha. 

•Flattener # 8. Insourcing (Global Logistics).
Interkoneksi dunia memungkinkan terjadinya global logistik. Artinya, perusahaan di mana pun di seluruh penjuru dunia bisa mendapatkan sumber daya apa pun dan dari mana pun dengan biaya yang murah. Bantuan perusahaan delivery seperti FedEx dan UPS yang beroperasi secara global seprti saat ini.

•Flattener # 9. In-Forming.
Keberadaan mesin-mesin pencari (search engine) semacam, Google, MSN, Yahoo!, membuat masyarakat dunia semakin tercerahkan dengan berbagai macam informasi. Melalui internet, konsumen, produsen, suplier menjadi semakin terdidik karena bisa mengakses informasi apa pun via internet. Harga barang, aturan-aturan pajak, hukum, keadaan sosial politik dan ekonomi dari negara-negara di seluruh penjuru dunia tersaji secara lengkap dan bisa diakses oleh individu, kelompok masyarakat, organisasi dan perusahaan-perusahaan.Informing memungkinkan, tiap individu terintergrasi dalam proses supply chain informasi, pengetahuan dan hiburan. Individu dan komunitas masyarakat menjadi well-informed. Sulit sekarang untuk membohongi, bersikap tidak jujur atau berlaku tidak transparan. Semua informasi dan pengetahuan bisa dicari melalui internet.Maka dalam dunia bisnis, perusahaan tidak lagi bisa mendominasi suplier dan konsumennya. Informasi-informasi yang semula hanya dikuasai oleh para pengusaha, kini bisa diakses oleh siapa pun dan dimana pun. Tak ada cara lain untuk sukses dalam bisnis ini selain berkolaborasi baik dengan pemasok maupun konsumennya.

•Flattener # 10. The Steroids. Digital, Mobile, Personal, and Virtual.
Faktor perkembangan teknologi (digital, mobile, personal dan virtual) ini seperti “steroid” yang mememungkinkan faktor-faktor flattener lain menjadi lebih dahsyat dan cepat perkembangannya. Outsourcing, offshoring, open-sourcing, supply-chaining, insourcing dan in-forming semakin menguatkan peranannya melalui dukungan teknologi-teknologi tersebut.Maka industri dan dunia bisnis, terutama dengan knowledge content yang tinggi harus beradaptasi dengan perubahan dan perkembangan teknologi tersebut. Kini banyak praktek bisnis yang muncul menggunakan perkembangan teknologi tersebut. Misalnya, mobile banking, internet banking, sms banking, e-procurement, call centre, serta komunikasi 3G yang mengantisipasi keperluan digital, mobile, personal dan virtual dari tiap individu dan perusahaan-perusaan.Tanpa adaptasi tesebut, bisa dipastikan para penyedia jasa dan produsen produk akan ketinggalan dan kalah dalam kompetisi global. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar