Selasa, 01 Mei 2012

LANGKAH-LANGKAH MENJADI PENULIS

oleh : Dedi Iswantoro

UNTUK pandai menulis syaratnya harus bisa menulis. Untuk bisa menulis sebaiknya anda suka membaca. Ada sejumlah strategi praktis untuk terjun menjadi penulis, meskipun saya tidak taat menggunakannya. Pengarang (author) atau penulis (writer)? Hampir sama memang. Namun "penulis" terasa lebih luas jangkauannya. Karena pengarang umumnya menulis sesuatu yang fiktif, sedang penulis melakukan keduanya: fakta (sebagai wartawan, penulis biografi) dan fiksi (sebagai novelis, penyair). Di bawah ini, secara ringkas, adalah langkah-langkahnya.

Pertama : Impian Kata impian mungkin berbeda arti dengan mimpi. Impian seolah sengaja diciptakan, bukan sekadar pemberian. Dan sejumlah orang sukses ternyata awalnya memiliki impian, atau dengan kata lain cita-cita. Sementara itu, impian kadang-kadang muskil dan sulit terjangkau. Dengan demikian, gunakanlah segala perangkat yang memungkinkan untuk mencapai impian yang "tak mungkin" tadi. Tapi, impian menjadi pengarang (besar) bukanlah sesuatu yang tak mungkin.

Kedua : Niat Niat adalah modal utama yang tak memerlukan biaya. Cukup dalam hati atau jika ingin lebih percaya dan yakin, ucapkan sekadar untuk didengar telinga sendiri: "Saya berniat menulis!"

Ketiga : Kemauan. Banyak orang memiliki niat, tetapi hingga akhir hayat tetap tinggal sebagai niat. Kendaraan untuk membawa niat menjadi kenyataan adalah kemauan. Bahkan, menurut banyak orang, kemauan sanggup mengalahkan kemampuan. Artinya, banyak orang yang mampu berbuat sesuatu tapi karena tidak memiliki kemauan, potensinya itu sia-sia belaka. Jadi, segera upayakan agar sang niat didorong oleh sang kemauan.

Keempat : Gagasan Walaupun gagasan penting, sebaiknya kita tidak terlalu bergantung kepadanya, dalam arti: ditunggu seperti kita mengharap wahyu. Gagasan bisa datang tiba-tiba seperti lampu menyala dalam pikiran kita. Itu mungkin disebut ilham. Tetapi, ketika kita melihat suatu peristiwa atau merasakan perasaan tertentu, entah gembira atau sedih, atau saat jatuh cinta; gagasan muncul dengan serta-merta. Namun demikian, gagasan kadang-kadang bisa dibentuk atau diciptakan. Bagaimana caranya? Berpikirlah! Jangan khawatir, itu nanti akan terpelajari dengan sendirinya melalui proses waktu.

Kelima : Tindakan Inilah yang disebut action. Untuk melakukan tindakan, setiap orang memang berbeda-beda caranya. Tetapi, menurut saya, jangan tergantung pada alat. Jika di depan anda sudah ada komputer, itu fasilitas terbaik saat ini. Ketik saja segera. Jika sedang berada di sekolah, tentu memiliki kertas dan pena. Lakukan awal tulisan anda di situ. Bukankah gagasan itu tak boleh lama-lama dipendam agar tak menguap hilang? Jika ternyata di tangan anda hanya ada handphone: ah, apa boleh buat! Ketik di layar hp, seolah akan mengirim sms kepada teman, lalu simpan. Soal keterbatasan jumlah halaman itu perlu disiasati dengan, misalnya, tulis judulnya dulu. Atau temanya. Atau pokok pikiran yang hendak diurai menjadi sejumlah besar kalimat. Yang paling penting: ide itu tak hilang!

Keenam : Pengembangan Setelah tiba di tempat yang memadai (di rumah, di perpustakaan, di mana pun yang menurut anda nyaman), kembangkan gagasan yang sudah ditulis secara ringkas menjadi paragraf dan seterusnya. Kembangkan potongan-potongan pokok pikiran yang tadi dicatat. Jangan pikirkan jumlah halaman. Mau pendek atau panjang, yang penting cerita atau karangan itu menjadi utuh. Nah, dalam pengembangan ini memang diperlukan kemampuan berbahasa, detail peristiwa, setting (waktu maupun tempat), karakter tokoh, dan logika fiksi.

Ketujuh : Referensi Untuk memperkaya pengembangan, boleh jadi diperlukan referensi. Jika cerita sejarah, tentu wajib melihat catatan fakta. Jika ingin menampilkan tokoh dengan profesi tertentu, carilah pengetahuan tentang profesi itu. Sekadar untuk menghidupkan cerita, bayangkan karakter atau perilaku kawan-kawan di sekitar anda.

Kedelapan : Ending Ada banyak pengarang yang selalu menemui kesulitan saat menggarap ending. Kesulitan bukan tabu. Tapi harus dicari jalan keluar. Banyak pilihan tentunya: ending tertutup atau terbuka? Happy ending atau sad ending? Putuskan saja. Lambat-laun, dari satu ke cerita berikutnya, akan semakin terampil membuat akhir kisah.

Kesembilan : Umumkan Sebuah tulisan atau karangan tidak akan diakui sebagai sebuah karya jika hanya menghuni laci anda. Segera umumkan. Caranya banyak. Print dan berikan kepada kawan-kawan agar mereka bisa membaca. Kirim ke redaksi majalah dinding sebagai bentuk latihan publisitas. Kirim ke media massa agar mendapatkan penilai yang lebih baik. Atau, jika masih ingin menutup diri, buat blogger di dunia maya (internet). Para penggemar internet akan membaca karya anda tanpa harus tahu identitas anda sebenarnya. Bukankah sudah selesai?

Adrakadabra : dan kini anda telah menjadi penulis! Hal-hal berikutnya, yang menyangkut kualitas baik dan buruk, itu memerlukan proses pembelajaran. Bacalah banyak buku tentang cara menulis. Banyak pengarang senior menjadi tempat bertanya. Banyak pelatihan yang akan mengasah kepekaan anda terhadap ide cerita dan bahasa. Ikuti diskusi sastra agar wawasan semakin terbuka. Kalau teman kita bisa menjadi penulis, kenapa kita tidak? Insya Allah. Selamat menulis!

sumber : UBB

1 komentar:

  1. iya,,, aku ingin jadi penulis... impian yang terpendam,,, dan belum bisa aku aplikasikan

    BalasHapus