Kamis, 01 Juni 2017

Konsep Tindak Tutur Komunikasi

Resume Buku

Judul                                 : Konsep Tindak Tutur Komunikasi
Penulis                             : Wahyu Wibowo
Editor                               : Riza Dwi Aningtyas
Penerbit                           : PT Bumi Aksara
Perancang Kulit               : Diah Purnamasari
Penata Letak                   : Iman Nurul Aulia
Pencetak                          : Cahaya Prima Sentosa
ISBN                                 : 978-602-217-557-5
Tanggal Terbit                 : Agustus 2015
Jumlah Halaman             : 121 Halaman
 ...........................................................................................................
Konsep tindak tutur komunikasi terkait dengan Hakikat Bahasa. Paradigma Teoritis, dan segi-segi Prakasa memahami etos wacana kontemporer patut dipahami. Masih banyak di antara kita yang kebingungan memahami hakikat bahasa terkait dengan kemunculan pelbagai bentuk wacana komunikasi dewasa ini. Implikasinya, pengkajian wacana, misalnya, masih berputar-putar disekitar teori dan metode yang itu-itu saja. Melalui konsep tindak tutur komunikasi, yang menggaris bawahi bagaimana memahami wacana secara lebih kritis dan etis, kebingungan itu akan dijawab di dalam buku ini.

Tesis utama buku ini adalah bagaimana memahami perkembangan pelbagai bentuk wacana dewasa ini melalui sebuah konsep yang penulis namai tindak tutur komunkasi. Konsep (ide atau rancangan) tersebut, tak pelak, mesti penulis awali dengan upaya mengembalikan mengembalikan bahasa ke hakikatnya. Setelah itu baru diuraikan elemen-elemen apa yang menjadi penopang tindak tutur komunkasi. Dengan demikian, buku ini menyajikan suatu anatomi (uraian mendalam) tentang hakikat bahasa dalam kaitannya dengan suatu konsep bernama tindak tutur komunkasi. Agar konsep tersebut bisa menjadi teorema (prinsip), asasnya atau dasar pikirnya penulis berangkatkan dari aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Tujuannya, agar anatomi tentang konsep dan kemudian teorema tindak tutur komukasi secara praksis dapat didayagunakan sebagai metode analisis wacana yang lebih etis, sesuai dengan konteks perkembangan zaman.

Hakikat bahasa dari prespektif kritis aliran filsafat Bahasa biasa. Tujuannya, mengingatkan bahwa dalam berkomunikasi (apapun itu) jangan pernah abai terhadap peluang timbulnya problem etis pada hakikatnya, setiap bahasa memiliki aturan penggunaan yang berbeda-beda, yang merefleksikan suatu nilai kehidupan masyarakat penggunanya.

Dalam perspektif Filsafat Bahasa, kemunculan problem etis mengindikasikan belum banyak di antara kita yang memahami keterkaitan antara makna bahasa dan suatu nilai kehidupan yang melandasinya.Dalam pernyataan lain, menurut penulis, kemunculan problem etis kerkelindan dengan fungsi kognitif dan emotif bahasa, baik sebagai pembaharu sosial, kontrol sosial, maupun sebagai partisipasi sosial. Akibatnya terjadilah apa yang disebut keliru epistemologi alias keliru pengetahuan (Wibowo, 2009; bdk. Borgias M., 2013).

Elemen lokusi, yaitu niat etis si subjek penyaji suatu wacana ketika hendak menyampaikan makna-makna tertentu di balik wacananya, dengan tujuan agar komunikasi yang dibangunnya bersifat emansipatoristis. Elemen lokusi ditopang oleh subjektivitas, kategori dan ideologi si subjek penyaji wacana. Lokusi mengimplikasikan bahwa Bahasa di tangansi subjek penyaji wacana dapat bersifat amat lentur, terutama jika dikaitkan dengan kepentingan segmentasi pembacanya. Elemen ilokusi, yaitu tindak tutur si subjek penyaji wacana dalam menyatakan sesuatu dan sekaligus membuatnya bertindak atau berbuat sesuai dengan apa yang dituturkannya. Elemen ilokusi diakukan melalui titik fokus ilokusi (pada judul, fokus informasi, dan amanat moral) dengan melandaskan diri pada motivasi etis, sehingga terjadilah keselarasan antara kata dan perbuatan.

Kata-kata memang bebas digunakan dalam pelbagai cara, asalkan diletakkan pada konteks tata permainan bahasanya. Itu sebabnya, tidak dimungkinkan dilakukan penyeragaman suatu nilai kehidupan terhadap masyarakat yang tata permainan bahasanya berbeda-beda. Dalam kaitan dengan elemen ilokusi, oleh karena itu dibutuhkan motivasietis, alias dorongan dari diri yang berpijak pada prinsip moral, agar sajian suatu wacana mencerminkan kesetaraan antara kata dan tindakan sisubjek penyajinya terkait dengan peluang kemunculan problem etis.Elemen perlokusi, yakni respons dan efek tertentu yang muncul pada pembaca setelah membaca suatu wacana. Terkait dengan prinsip komunikasi yang emansipatoris, elemen ini dibangun dari etos kebenaran sehingga si subjek penyaji wacana tidak mengalami keliru pikir yang membawanya ke sesat pikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar